Tuesday 19 April 2016

Menghadapi Sang Pengkritik




















Jika saya ditanya,”metode apa yang paling efektif untuk merenggangkan hubungan yang tadinya baik-baik saja?”Maka akan saya jawab,”kritik saja kesalahannya.”
Kritik adalah sebuah kata yang paling dibenci untuk didengarkan namun sangat menyenangkan untuk diucapkan,kita dapat mendengarkan berbagai macam kritik disekitar kita dimana saja dan disetiap waktu.

Kritik terutama sering dilontarkan kepada orang-orang yang memiliki nilai dimata masyarakat,seperti seorang anak muda yang dihormati banyak orang karna kelebihan yang dimilikinya,orang miskin yang berhasil meraih kesuksesan karna kegigihannya,dan bahkan Nabi Muhammad yang telah kita kenal keagungan dan keluhuran prilakunya tak bisa lepas dari kritikan.

Mungkin kita telah berhasil menanam kebun bunga yang indah di pekarangan rumah,namun seorang pengkritik ulung akan dengan cepat melihat rumput alang-alang yang lupa kita pangkas.

Kritikan adalah makanan sehari-hari bagi orang-orang yang punya nilai,karna semakin tinggi pohon menjulang maka akan semakin kencang pula angin bertiup untuk merobohkannya.

Seorang pengkritik tidak akan pernah membiarkan diri kita tampak lebih baik darinya dimata orang-orang,mereka akan terus mencari sesuatu yang dapat mengurangi kredibilitas kita,mata mereka akan begitu awas dan telinga mereka akan lebih tajam untuk mencari kekurangan yang ada pada diri kita,tapi jika mereka melihat suatu kelebihan yang ada pada diri kita maka mereka akan diam seribu bahasa,seperti sebuah perkataan bijak,”seekor lalat hanya akan hinggap pada yang luka.”

Lalu bagaimana solusi agar kita terbebas dari kritik?jawabannya mudah,jangan pernah jadi orang yang bernilai,jadilah orang bodoh yang manggut-manggut mendengarkan apa kata orang dan jangan membela prinsip yang kita yakini kebenarannya,atau dengan kata lain jadilah mayat hidup demi menyenangkan mereka.

Yang perlu kita ingat adalah bahwa seorang pengkritik hanya akan melontarkan anak panah mereka ke arah burung-burung yang terbang tinggi dilangit dan mereka takkan mau menendang seekor anjing yang sudah mati,hal itu tidak ada manfaatnya bagi mereka,mereka mendapatkan sebuah kepuasan dengan mengkritik orang-orang yang tampak hebat dimata masyarakat.Jadi,jika kita mendapat banyak kritikan dari orang-orang maka kita patut berbangga diri karna hal itu adalah sebuah pertanda bahwa kita adalah orang yang cukup bernilai di mata masyarakat.

Anggaplah kritikan itu sebagai dengungan lalat yang terbang disekitar telinga kita,mungkin cukup mengganggu tapi sama sekali tidak menyebabkan kita terluka.Kita tidak perlu khawatir saat seseorang melontarkan berbagai macam kritikan yang tidak berdasar kepada kita jika kita merasa telah melakukan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya karna tak seorangpun akan mendengarkan kritikan-kritikan tak berdasar mereka kecuali oleh orang-orang yang sama rendahnya dengan mereka.

Kritik adalah sebuah fenomena alam yang sangat biasa sebagaimana matahari pagi yang terbit dari sebelah timur setiap harinya,kita tak perlu menanggapinya terlalu serius dan menghabiskan begitu banyak energi untuk sekedar memikirkannya.

Kita tidak perlu terlalu bertindak “defensif” untuk membantah setiap perkataan mereka.Kita akan menghadapi banyak sekali masalah jika kita menghabiskan banyak waktu hanya untuk meyakinkan dunia bahwa kita benar.

Jika kita senantiasa membalas dan membela diri dari setiap cercaan yang dialamatkan pada kita maka kita akan terjebak dalam adu mulut yang berkepanjangan sehingga akan berakhir pada permusuhan.
Ibarat api yang berkobar,jika kita menambahkan ranting kering kedalamnya maka api itu akan membesar,namun jika kita mendiamkannya maka api itu akan padam dengan sendirinya karna kehabisan enegi.

Ada seorang pendengki menghampiri seorang alim yang cukup disegani masyarakat,tanpa alasan yang jelas ia mencerca dan memakinya sementara sang alim hanya diam mendengarkan tanpa sekalipun membalas ucapannya.

Karna tidak ada respon dari sang alim maka si pendengki kehabisan kata-kata dan terdiam,didorong oleh rasa penasarannya ia bertanya pada sang alim,”aku sudah memakimu dengan semua kata-kata yang menyakitkan,namun kenapa engkau tidak tersinggung sedikitpun?”

Sang alim tersenyum lembut dan berkata,”aku mencoba mendengar apa yang kau ucapkan,namun ketika aku tahu bahwa tidak ada satu kalimatpun dari ucapanmu yang bermanfaat maka aku hanya mendengarkan iramanya saja tanpa mempedulikan kata-katanya,karna aku tidak mendengarkan kata-katanya maka tentu saja aku tidak sakit hati.”

Nabi Muhammad saw pernah bersabda,”laknat akan menimpa orang yang dilaknat jika ia memang pantas untuk menerimanya,namun jika ia tidak pantas untuk menerimanya maka laknat itu akan kembali kepada yang melaknatnya.”hal tersebut ibarat orang yang mencoba meludahi langit namun ludah itu justru jatuh pada mukanya sendiri.

Sebab itu kita tidak perlu terlalu khawatir jika seseorang mencoba merusak kredibilitas kita,seperti perkataan KH Abdullah Gymnastiar,”kita tidak akan hina dengan dihina karna tiap-tiap perbuatan buruk akan kembali kepada pelakunya.”

Namun,sebagai orang yang senantiasa berusaha memperbaiki diri dan bersikap bijak terhadap hidup,kita sangat perlu untuk merenungkan tentang kenapa seseorang senantiasa memberikan berbagai macam kritik kepada kita karna boleh jadi_dan seringkali demikian_kritikan yang dialamatkan kepada kita memang benar adanya,jika memang begitu tentu kita tak boleh merasa sakit hati dan seharusnya kita berterimakasih kepada si pembuat kritik tersebut,kita meski belajar untuk tidak terlalu sensitif agar diri kita terhindar dari dendam kesumat.

Obat itu memang seringkali pahit rasanya namun jika kita ingin sembuh maka kita harus memaksakan diri untuk menelannya,dalam hidup ini kita lebih sering belajar dari musuh-musuh kita daripada teman kita sendiri.Orang yang membenci kita takkan segan-segan menunjukkan berbagai macam kesalahan kita,berbeda dengan teman kita sendiri yang mungkin akan bersikap hati-hati dalam meluruskan tingkah laku kita karna khawatir akan merusak persahabatan yang sudah terjalin.

Lalu,bagaimana jika seseorang terus menerus mencerca dan memaki kita padahal kita merasa telah melakukan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya dan kita benar-benar merasa bahwa cercaan dan makiannya sangat mengganggu dan merusak kredibilitas yang kita miliki?Apakah kita harus selalu diam mengalah?

Jika kita memang merasa perlu untuk membalasnya maka kita harus menerima konsekuensinya,bahwa dia akan menjadi musuh kita,namun tentu saja memiliki musuh adalah sesuatu yang bisa mengganggu kehidupan kita,kita tetap harus memiliki sebuah pemikiran bahwa,”seribu teman itu kurang sedangkan seorang musuh sudah terlalu banyak.”

Namun,jika hanya demi mencari kedamaian dan menghindari permusuhan tentu bukan hal yang bijaksana jika kita harus mengorbankan harga diri kita,karna saya pernah mendengar perkataan seorang alim,”tidak sempurna amal ibadah seseorang yang tidak menjaga harga dirinya.”

Jadi,sebagai jalan terakhir_namun semoga kita tidak memakainya_kita bisa membalasnya dengan sebuah kalimat yang menusuk dan menghujam,namun kita harus benar-benar yakin bahwa perkataan kita tersebut benar-benar dapat membungkam ucapannya,jika kita tidak yakin dapat mengalahkannya maka alangkah lebih baik jika kita tetap menahan diri,lebih baik kita mencapai kedudukan seri daripada mengambil resiko untuk kalah.

Jika kita telah dapat membungkam ucapannya,maka hapuslah namanya dari ingatan dan kita tidak perlu berhubungan dengannya lagi karna berhubungan dengannya hanya akan merusak ketentraman hidup kita,kita tidak perlu membenci siapapun karna rasa benci itu adalah sebuah penyakit,kita lupakan saja setiap kesalahan orang yang kita benci dan janganlah mencari urusan lagi dengannya,selamanya.

Suatu ketika Imam Syafi’i mendapatkan banyak caci maki yang tidak pada tempatnya sedangkan beliau hanya diam dengan penuh kesabaran,setelah caci maki itu selesai beliau berkata dengan sangat tenang namun tepat sasaran,”berbicaralah sesukamu untuk menghina kehormatanku,diamku adalah sebuah jawaban,bukannya aku tidak punya jawaban,hanya saja tidak pantas bagi seekor singa meladeni seekor anjing.”

Namun,sekali lagi saya mengingatkan bahwa mencoba menanggapi orang yang senang mencerca kita hendaknya tidak kita lakukan kecuali jika memang sangat terpaksa,filosofi sederhana untuk menggambarkan hal ini adalah seandainya ada seekor anjing gila lewat didepan mata kita maka alangkah lebih baiknya jika kita mengacuhkannya dan membiarkannya berlalu,hal itu tentu lebih baik daripada kita berhasil membunuhnya tapi setelah anjing itu berhasil menggigit kaki kita.

winapurwokoadi.blogspot.com

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 comments:

Post a Comment

 
biz.