Perjalanan
di tengah Samudra mungkin bisa dibilang sebagai perjalanan yang membosankan. Tak
peduli di Negri mana kita berada, lautan tetaplah sama. Yang membedakan hanyalah
warna laut, iklim, waktu dan besarnya gelombang. Tapi tidak bisa dibilang sebagai
perjalanan yang tidak mengesankan.
Di akhir tahun
2013 lalu, aku mendapatkan kesempatan melakukan penjelajahan Samudra. Bukan dalam rangka liburan tapi lebih
karna pekerjaan. Memang sudah menjadi rahasia umum bahwa pekerjaan yang paling
menghasilkan adalah pekerjaan laut. Apalagi bagi mereka yang terkena himpitan hutang,
laut seringkali dijadikan solusi.
Selama 8
bulan aku terombang-ambing di tengah Samudra Atlantik. Dengan kemampuan bahasa Inggrisku yang
pas-pasan dan modal yang tak seberapa maka sudah tentu bukan kapal sementereng Pesiar
atau Fery yang menjadi tempatku bekerja, tapi pekerjaan yang lebih menuntut pada
fisik. Ya, aku bekerja di kapal pemancing Cumi berbendera Taiwan.
Aku bersama
teman-teman Indonesiaku memulai perjalanan dari Pelabuhan Singapore. Saat itulah
kami mengucapkan selamat tinggal pada daratan. Kami menumpang sebuah Kapal kecil
milik Singapore, melintasi ombak yang tenang dan ratusan kapal besar dan kecil disekitar
kami. Banyak sekali jenis kapal yang menakjubkan. Sayang sekali, meskipun aku sempat
mengabadikannya di Kamera Handphone, Handphone-ku sempat tercebur kegenangan
air laut, tentu saja tidak ada tempat service
HP di dalam kapal.
Sepanjang perairan
Singapore tidak pernah kosong dari beragam jenis Kapal, kemanapun kepala menoleh
disana Nampak beragam jenis kapal dengan segala kesibukannya. Dari yang super
besar, hingga yang kecil. Selain itu, sepanjang perairan Singapore banyak sekali
pelampung-pelampung kecil bertebaran, aku akhirnya tahu bahwa dibawah pelampung itu terdapat semacam perangkat untuk menjebak ikan.
Di dalam perahu
kami terdapat bergalon-galon air tawar.Tentu saja, air tawar sangat penting bagi
pelaut. Tapi aku sempat berpikir, untuk apa membawa air sebanyak itu. Akhirnya aku
tahu bahwa air tersebut digunakan sebagai alat pembayaran untuk membeli beragam
keperluan.
Rata-rata
pelaut memang lebih sering memakai sistem barter daripada jual beli menggunakan
uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Seperti kejadian kala itu, kapal
kami mendekati sebuah perahu yang lebih kecil,
kemudian terlibat tawar menawar untuk menukar galon air dengan Mie Instan dan rokok.
Begitulah sistem barter berjalan.
Kapal yang
kami tumpangi bukanlah kapal tempat kami bekerja, tapi hanya sebagai tumpangan saja.
Setelah berjam-jam melintasi perairan Singapore sampailah kami di perbatasan perairan
laut Singapore, disanalah kapal Cumi berbendera Taiwan tempat kami bekerja,
sedang menunggu.
Setelah komunikasi
radio kedua nakhoda kapal, kapal tumpangan kamipun merapat kepintu kapal Cumi. Kapal
tersebut bernama Pei Yuh No. 6. Ketika pertama kali melihatnya kapal Pei Yuh terlihat
besaaar sekali. Tapi setelah lama berada di Pei Yuh dan setelah melihat kapal kapal
lain yang yang jaaauh lebih besar, ukuran Pei Yuh tampak biasa saja.
Satu demi
satu ABK (Anak Buah Kapal) melompat masuk kedalam Pei Yuh. Lalu Pei Yuh melemparkan
berbagai jenis makanan instant ke kapal yang mengantarkan kami sebagai upah,
kemudian kami memulai perjalanan dengan Pei Yuh. Kami semua di kumpulkan dan didata.
ABK di kapal Pei Yuh tidak hanya berasal dari Indonesia tapi juga dari Negara
lain seperti Vietnam, China dan Phillippines.
Wilayah
perburuan kami ada di Laut Argentine dan Laut Folkland karna itu kapal kami
terus melaju menuju tempat tenggelamnya matahari. Karna berjalan searah
dengan matahari maka setiap sekitar 3 hari sekali jam kapal akan dikurangi satu
jam karna perbedaan zona waktu. Semakin menjauh dari perairan nusantara,
semakin bergejolak dan semakin gelap warna lautnya. Semakin jauh dari benua,
semakin sepi pula. Hingga akhirnya Kapal Pei Yuh terombang-ambing seorang diri
tanpa terlihat satupun kapal lain yang melintas.
Ketika mendekati perairan Madagascar, lautan mulai
menunjukkan keganasannya. Ombak menggulung kesana kemari. Disatu sisi ombak
setinggi puluhan meter, sedang disisi lain lautan tampak begitu curam seperti
lembah. Air laut menghajar kapal dari segala sisi. Lumayan mengerikan juga
ketika gelombang laut mengangkat kapal kami tinggi-tinggi untuk kemudian
menghempaskan kami ke bawah, perut
serasa berdesir, seperti jatuh dari ketinggian.
Kapal yang terhempas kebawah disambut deburan ombak yang
membanjiri anjungan kapal. Tak seorangpun berani keluar dari ruangan karna
terlalu berbahaya. Di dalam ruangan kami bergoncang ke kanan dan ke kiri.
Berbagai macam benda berjatuhan, dari tempat sampah, mangkok, dan barang-barang
lain berhamburan. Benar-benar bukan perjalanan yang nyaman.
Sampai akhirnya kami melewati perairan Madagascar, gelombang
laut mulai lebih tenang. Pernah suatu ketika kapal begitu miring. Pada mulanya
tak ada yang terkejut karna sudah biasanya kapal miring ke arah kanan. Tapi
begitu kapal mulai miring tajam hingga 45 derajat, bunyi bell darurat membuat
kami berhamburan.
Ruang pengepakan tergenang air dan kami sangat kesulitan
berjalan karna lantainya sangat miring. Jika tidak berpegangan, maka kami akan jatuh ke sisi lain dan bisa-bisa
tercebur ke laut. Untungnya Kapten kapal sangat sigap mengatasinya.
Seluruh ABK diminta berkumpul ke sisi kiri untuk mengimbangi kapal, kemudian Kapten memerintahkan kami untuk mengisi penampungan
air di sisi kiri dengan air
laut dengan menggunakan selang besar sehingga akhirnya kemiringan kapal kembali stabil.
Jika saja Kapten tidak sigap maka kemungkinan kami selamat adalah
0%. Itu tidak bisa dikata berlebihan mengingat kondisi kami yang sendirian di
tengah samudra, tanpa sinyal, tanpa adanya kapal lain yang melintas, benar-benar seperti di pemakaman.
Tapi kejadian semacam itu bagi Kapten kapal bukanlah sesuatu yang luar biasa,
meski bagi kami kejadian itu cukup mengerikan.
Setelah 3 minggu berlalu, sampailah kami ke Cape Town. Kapal
perlu bersandar dulu ke Cape Town untuk mengisi bahan bakar, membeli perbekalan
dan mengisi tangki air tawar. Aku masih ingat betul betapa takjubnya diriku
melihat Cape Town. Melihat daratan setelah 3 Minggu hanya melihat birunya laut
dan birunya langit tentulah mengagumkan. Aku bisa melihat gunung tandus yang
menjulang, sementara di kaki gunung perkotaan terhampar.
Kebetulan kala itu aku sedang dapat jatah jaga ruang kemudi,
sehingga aku bisa meminjam teropong untuk melihat lebih dekat kesibukan di Cape
Town. Aku bisa melihat kapal-kapal Tanker sedang menurunkan muatannya. Aku bisa
melihat jalan-jalan di sepanjang Cape Town. Melihat gunung tandus dengan
batu-batu bertebaran. Melihat pabrik-pabrik, apartemen, mall dan stadion di sepanjang Cape Town. Selain itu
aku bisa melihat ratusan jenis kapal dengan segala kesibukannya di pelabuhan
Cape Town. Suasana yang hampir mirip seperti di Singapore, hanya saja lebih
ramai.
Untuk memasuki perairan Cape Town, kami harus mengikuti
kapal penjaga pantai. Bendera Cape Town pun dikibarkan di tiang kapal. Udara
Cape Town begitu dingin seperti udara pegunungan. Aku sempat takjub melihat
seekor Ikan Paus menyembul di sebelah kapal, selain itu beberapa kali nampak
Anjing Laut bermunculan.
Setelah
semua perbekalan kapal siap, kamipun meluncur ke Laut Argentine. Butuh waktu
sebulan dari Cape Town untuk sampai di Laut Argentine. Lautan tetaplah sama,
dimanapun berada. Biru dan membosankan. Jikapun ada pemandangan yang membuat
kami terkesan, itu bukan karna lautnya tapi karna penghuni lautnya. Jika di
perairan Asia, kami terbiasa melihat ikan-ikan bersayap yang beterbangan
seperti burung, yang biasa kami sebut Ikan Indosiar. Maka di perairan Afrika
dan Argentine ikan Indosiar sudah tidak lagi kami temui. Yang paling sering
kami temui adalah Lumba-lumba liar yang terlihat mengiringi kapal kami seolah
berlomba mencapai garis finish.
Tentu saja
di perairan Asia kami sudah biasa melihat Lumba-lumba, tapi di perairan
Argentine jumlahnya semakin banyak. Selain itu, beberapa kali aku melihat ikan
hiu yang cukup besar meski tidak sering. Dan yang paling sering terlihat adalah
sekumpulan camar yang beterbangan dan berenang seperti bebek. Kadang, kami
mengisi waktu luang dengan memancing Camar. Camar adalah jenis burung yang
sangat mudah dipancing. Kita hanya perlu menggunakan daging atau sampah sayuran
sebagai umpan maka mereka akan langsung berebut.
Akhirnya
kamipun sampai di wilayah perburuan Cumi di Argentine. Jika biasanya kami
terapung sendirian di tengah Samudra, di laut Argentine kami mempunyai banyak
teman. Ratusan kapal dari berbagai Negara berkumpul di laut Argentine dengan
tujuan yang sama, berburu Cumi. Lautan Argentine memiliki gelombang yang
tenang, meski tidak setenang perairan Asia. Ketika kami keluar ruangan, kami
akan disambut udara yang begitu dingin.
Air lautnya
sedingin es, sehingga jika kita terlalu lama kontak dengan air tanpa memakai
sarung tangan maka kulit kita akan menggembung dan bernanah. Aku belum pernah
tahu jenis penyakit tersebut di Indonesia, tapi di situ kami menamainya
“tongsang” yang diambil dari bahasa China.
Kurasa
semua orang disitu pernah terkena tongsang, karna kami semua mau tak mau harus
kontak dengan air ketika terlalu lama mengepak Cumi. Bagian tubuh yang terkena
tongsang terasa perih dan panas. Tapi tongsang tidak bertahan lama selama
ditangani dengan tepat. Secara reflek mungkin kita akan mencari air panas untuk
menetralkannya, tapi menggunakan air panas sebenarnya justru akan memperparah.
Ketika
terkena tongsang, solusinya adalah merendam bagian tubuh kita ke air dengan
suhu stabil, dan mendapatkan air dengan suhu stabil tidak sulit. Kami memiliki
pemanas air untuk mandi, kami bisa dengan mudah mendapatkan air dengan suhu
stabil disitu. Air laut yang dingin jika dihangatkan akan menjadi air dengan
suhu stabil. Tidak panas juga tidak dingin. Kalo di Indonesia, semua air
memiliki suhu yang stabil.
Selain
tongsang ada lagi jenis penyakit lain yang tidak terhindarkan untuk kami alami.
Tapi yang ini tidak menyakitkan. Mungkin lebih tepat disebut sebagai kerusakan
kulit. Itu terjadi akibat radiasi dari pancaran lampu yang khusus untuk
memancing Cumi. Kulit wajah kami akan terkelupas seperti ular, dan tampak jelek
sekali. Tapi lama kelamaan kulit baru juga akan menutupi. Selain merusak kulit pancaran lampu cumi dilarang untuk dilihat secara langsung karna terlalu kuatnya radiasi bagi mata. Meski begitu tetap saja banyak yang jadi korban karna tak sengaja menatapnya. Akibatnya mata-pun memerah dan seharian mengeluarkan airmata, tentunya hal itu amat sangat mengganggu.
Iklim di
laut Argentine tentulah berbeda dengan Asia. Disini, hujan es sering terjadi.
Selain itu siang hari disini lebih panjang. Di Argentine, matahari terbit pukul
3.30 AM dan tenggelam pukul 09.00 PM. Tidak terbayang jika harus menjalankan
puasa disini. Tapi tentu saja Tuhan Mahaadil, udara di sini begitu dingin
sehingga kami jarang mengalami kehausan.
Setelah 2
bulan kami berburu di lautan Argentine, kamipun pindah ke Folkland, menuju
tangkapan yang lebih besar dan lebih banyak. Perjalanan dari Argentine ke
Folkland membutuhkan waktu seminggu. Iklim di Folkland juga berbeda dengan
Argentine. Jika di Argentine kadang kami mengalami hujan es, tapi hujan tersebut
masihlah hujan air. Tapi di Folkland kami pernah mengalami hujan es yang
benar-benar hujan es.
Ribuan
butir es jatuh dari langit seperti kerikil dan suaranya bergemeletak ketika
menimpa lantai. Tapi butiran es yang jatuh sangat kecil, diameternya mungkin
sekitar 1-2 cm. Berbeda
dengan Argentine, di Folkland siangnya lebih sedikit dari malamnya. Di
Folkland, matahari terbit pukul 8.30 AM dan tenggelam pukul 03.00 PM. Karna
Cumi adalah binatang malam, sementara di Folkland setiap harinya lebih di dominasi
malam hari, tentulah tangkapan Cumi jauuhh lebih banyak.
Di Folkland, kapal pemancing Cumi tidak sebanyak di
Argentine. Ketika berburu Cumi, paling hanya nampak 1-2 kapal lain, berbeda
dengan di Argentine yang ketika malam menjelang seperti pasar malam karna
ramainya kapal pemancing Cumi yang ada. Suhu udara di Laut Folkland sendiri
jauh lebih dingin daripada Laut Argentine. Kadang kami jumpai pula gelombang
laut yang besar. Seringkali parasut penyeimbang kapal rusak karna besarnya
gelombang laut. Pernah pula ketika sedang memancing, tiba-tiba kapal dihantam
ombak, kala itu seorang ABK dari Phillippines sampai terpental dan mengalami
cedera ringan. Untunglah kala itu kebanyakan ABK berada di ruang pengepakan
sehingga tidak ikut menjadi korban.
Jika di Argentine, kadang kami dibuat heboh ketika melihat
Pinguin berenang di kejauhan. Maka di Laut Folkland kami tidak lagi heboh jika
hanya melihat Pinguin. Pinguin sangat sering dijumpai dan jumlahnya begitu
banyak. Tak terhitung sudah berapa kali Pinguin terjerat pancing. Jika biasanya
kami hanya melihat dari kejauhan, kali ini kami bisa menyentuhnya dan
bermain-main dengannya. Setelah kami puas berfoto dan bermain-main dengan
Pinguin, maka Pinguin itu segera kami lepaskan karna Pinguin merupakan binatang
yang dilindungi.
Di perairan Folkland kadang banyak sekali dijumpai anakan
Lobster yang berada di permukaan laut dan kadang terjerat pancing. Namun,
selain jenis binatang tersebut. Tidak ada lagi binatang yang terjerat pancing
tanpa sengaja. Kadangkala memang, ada Hiu, Lumba-lumba, Anjing Laut dan Singa
Laut yang terjerat pancing namun karna terlalu berat pancingnya putus.
Ketika perbekalan kebutuhan hidup mulai habis, Kapten akan
menghubungi kapal lain dan melakukan barter. Dari air tawar, solar, oli mesin,
perlengkapan memancing, makanan, dsb bisa digunakan untuk barter dengan kapal
lain. Memang proses serah terima barang sangat merepotkan, tapi kehabisan
perbekalan bukanlah masalah selama ada kapal lain yang bersedia melakukan
transaksi.
Setelah 3 bulan berada di Folkland, perburuan Cumi pun usai.
Kapal harus kembali ke Taiwan. Karna kami berjalan ke timur, maka setiap sekitar
3 hari sekali jam kapal dimajukan 1 jam mengikuti zona waktu. Perjalanan pulang
tidak terlalu mulus. Berkali-kali kapal diterjang amukan badai sehingga
benda-benda didalam kapal berjatuhan. Suatu ketika gelombang laut sedang
besar-besarnya. Air menerjang anjungan kapal hingga lantai kayu di ruang
pengepakan tercerai berai. Selain itu, hantaman ombak mengakibatnya rusaknya
sebagian mesin kapal yang mengakibatkan kapal berjalan lambat dan sering mogok.
Akhirnya kami sampai di Cape Town, kali ini kami di izinkan
untuk jalan-jalan di Cape Town. Ini adalah pertama kalinya kami menginjakkan
kaki di daratan setelah 6 bulan kami terombang-ambing di laut. Pada mulanya
terasa sedikit aneh begitu menyadari lantai yang kami pijak tidak
bergoyang-goyang seperti di dalam kapal, tapi beberapa menit kemudian aku sudah
terbiasa. Di Cape Town kami bisa menghubungi keluarga setelah 6 bulan kami
benar-benar kehilangan kontak. Kami memanfaatkan kesempatan ini untuk
berbelanja.
Esok harinya kami harus mengucapkan selamat tinggal pada
Cape Town. Kami telah puas belanja, perbekalan Kapal pun telah kembali di isi
ulang. Namun, meskipun mesin kapal sudah diperbaiki ternyata masih ada yang kurang
sehingga kapal masih berjalan lambat meski lebih cepat dari sebelumnya. Beberapa
hari kemudian kami kembali melihat daratan, ternyata Pulau Mauritius. Kapten
menghentikan kapal di perbatasan perairan Mauritius, ternyata Kapten sedang
menunggu Mesin tambahan.
Di perairan Mauritius banyak kapal kecil menawarkan
dagangan. Ada yang menawarkan pulsa elektronik, ada yang menawarkan Wisky. Kali
ini transaksi tidak menggunakan sistem barter, tapi jual beli secara Cash
menggunakan mata uang dolar atau Rupee. Setelah mesin baru dipasang, kapalpun
melanjutkan perjalanan. Kami telah memasuki wilayah Asia.
Pembagian waktu siang dan malam mulai adil. Matahari terbit
pukul 06.00 AM dan tenggelam pukul 06.00 PM. Udarapun mulai terasa panas. Kami
bahkan telah berani mandi tanpa menggunakan pemanas air. Memasuki wilayah
Nusantara, matahari begitu menyengat. Kami begitu kecewa melihat perubahan
warna kulit kami dari yang sebelumnya putih karna terus berada di udara dingin
menjadi gosong dan kembali seperti semula, berwarna kecoklatan.
Kapal mulai mendekati wilayah Aceh, kami bisa melihat perahu-perahu
kecil berbendera Indonesia sedang sibuk mencari ikan. Melihat kapal-kapal
Indonesia yang kecil, ABK dari China menertawakan kami (dalam arti gurauan,
bukan merendahkan). Tapi begitu memasuki wilayah Batam, mereka terperangah
melihat Indonesia yang tampak megah. Perairan Indonesia adalah perairan yang
paling tenang dan paling nyaman. Kami bisa beraktifitas dengan tenang tanpa
harus doyong kesana kemari karna hantaman ombak.
Memasuki perairan Singapore, Kapal kami mengisi solar dari
kapal Tanker Singapore. Ketika pengisian solar berlangsung, kami sempat
berbincang akrab dengan Pekerja kapal Tanker yang kebetulan berasal dari
Malaysia. Memiliki bahasa yang hampir sama, budaya yang seragam dan kepercayaan
agama yang sama membuat kami mudah bergaul akrab dengan mereka.
Kapal kami melanjutkan perjalanannya, melewati perairan
Vietnam dengan kapal-kapal kayunya. Melewati perairan Phillippines dimana
beberapa kali kami melihat tornado yang begitu besar di kejauhan. Dan akhirnya
memasuki perairan Taiwan, tempat tujuan terakhir kami. Akhirnya aku dan
beberapa temanku mengucapkan sayonara pada dunia laut dan kembali ke Negri
Indonesia tercinta.
Suasana Kerja
ruang pengepakan (kapal pei yuh) :
ruang pemancingan (video kapal laen) :
enak banget gan kerja sambil jalan2, jadi iri
ReplyDeletejangan pernah kebayang deech kerja di kapal, kecuali kapal pesiar ato feri. bener2 mimpi buruk
ReplyDeletetulisannya bagus, ngalir serasa berada disana, ngalamin sendiri gimana berjuang sama ombak besar, gak kebayang deh kerja melaut seperti itu, butuh mental yang beneran kuat!! apalagi taruhannya nyawa, salut. :)
ReplyDeletetapi senengnya bisa menginjak negara lain, walaupun lebih banyak dukanya :D
makasih kunjungannya. meski memang banyak dukanya tapi ini pengalaman sekali seumur hidup, soalnya memang tidak ada minat buat mlaut lagi (kecuali pesiar, hehe). sebenernya buanyaaakk banget yang mau diceritain, tapi kalo diceritain semua, artikelnya bisa setebal buku, bisa-bisa malah bikin bosen yang ngebaca, jadi aku cuma ceritain perjalanannya aja, tapi itu sudah sedikit memberikan sekelumit gambaran tentang kehidupan laut
ReplyDeletebtw itu burung apa yang pegang..gede amat bro
ReplyDeleteburung camar. emang gede, bisa buat ngenyangin para ABK. buat camilan di kapal aja, hehe...
DeleteMas bro minta kontaknya dong. Ini pin ku 5F208248. Bentar lg aku jg MW melaut persis ky yg mas alamin. Minta saran and nasehatnya mas bro. Thanks
ReplyDeletesori banget ane gak ada pin BB. lewat akun FB aja dech. klik aja icon FB di sebelah kiri blog buat masuk ke FB-ku langsung
DeleteMz kalau kapal cumi korea sma g sprt yg d crtakn ..?
ReplyDeletesori, ane belum pernah ikut kapal korea jadi gak begitu paham. tapi seharusnya gak jauh beda.
Deleteenak mana mas..kapal cumi dan longline..ini kita masih proses
Deletelebih enak cumi, tapi juga gajinya lebih kecil cumi.
DeleteBerapa bulan mas dikapal, katanya kalo kapal ikan keras ya klo taiwan. Sering ada abk indo bentrok dgn abk dri ngara lain. Ap benar
ReplyDeleteaku hanya 8 bulan dari yang seharusnya 24 bulan. karna gak finish kontrak sudah tentu dikenakan denda. setauku sih emang tidak ada pekerjaan yang lebih keras dari pekerjaan kapal ikan. karna kerjaan suka gak ada habis-habisnya makanya temperamen ABK juga sering memuncak sehingga menyebabkan mudah tersinggung, kurasa perkelahian antar ABK bukan hal yang luar biasa.
DeleteMaaf bang mau nax.dilaut argentina nga da jaringan ya.
ReplyDeletedi laut gak ada jaringan dan gak ada sinyal jadi bener-bener putus komunikasi dengan dunia, tidak tau berita sama sekali. begitu kapal nyandar di capetown/ taiwan barulah bisa komunikasi. disana ada yang jual pulsa untuk telpon ke indo.
DeleteOh gitu ya bang..kebetulan suami saya berankat melaut keargentiana..
ReplyDeleteOh iyya bang.itu kapalx lama ya bru nyandar..maaf byk nax.
untuk tujuan laut argentine 8 bulan baru nyandar. untuk tujuan japan 4 bulan udah nyandar. masing-masing tujuan 2x jadi totalnya 2 tahun
DeleteKalo kontrak 1 thn brp bulan bang.kira2 baru nyandar.soalx suamiku cm ambil kontrak 1 thn.
ReplyDeletetergantung pelayaran pertamanya dimana dulu. kalo di japan, 4 bulan udah nyandar. tapi kalo pelayaran pertamanya ke argentine maka baru bisa nyandar setelah 8 bulan
DeleteWoww lama jg ya bang..
ReplyDeleteSelama 8 bulan dapet uang berapa mas...?
ReplyDelete300 dolar x 8 bulan = 2400 dolar. kena denda 1200 dolar (karna gak finish) dan tiket pesawat. waktu itu kurs dollar 11000. kalo gak salah waktu itu pegang dalam rupiah ada 9 jutaan
DeleteBerarti itungannya di gaji 1 juta ya mas... Per bulannya
ReplyDeletehehe...iya... karna kena denda jadi cuman dapet sejutaan doang perbulan. tapi kalo betah 2 tahun maka perbulannya dapet lebih dari 3 jutaan
Deletemas adi kmren kenapa gak finis kontrak?
ReplyDeletebrangkat kemaren dari pt. apa alamatnya dmana
gak betah aja. liat laut terus bosen, kerjanya juga lumayan berat. kemarin aku lewat cv. seva jaya di pemalang... kalo alamat lengkapnya dah lupa.
Deletesaya orang pemalang maz adi..klo pingin singgah...welcome.
ReplyDeleteijasah apa mas . cukup bst/buku pelaut kah
ReplyDeleteaku sendiri ijasah sma. tapi sebenernya disini bisa ijasah smp. mengenai surat-surat nanti bakal diuruskan
DeleteKalau di Peru juga gak ada sinyal kak?
ReplyDeleteditengah laut gak ada sinyal. sinyal baru ada di area pelabuhan
DeleteKerja berapa jam mas dan pake kartu indo kartu apa
ReplyDeletepake kartu luar dan hanya sekali pake buat telpon kalo pas nyandar pelabuhan, ntar beli pake duit dolar.
DeleteBerapa lama di laut ka sampai ulang nyandar di plabuhan? Katanya di kapal cumi gak ada istirahatnya yah ka ?
ReplyDeleteperburuan cumi nyandar di pelabuhan setelah 8 bulan, perburuan ikan samba nyandar di pelabuhan setelah 4 bulan. kalo pas tangkapan normal, abk punya waktu 7 jam buat istirahat. kalo pas penuh banget, abk cuman dikasih waktu istirahat 3 jam. waktu pengosongan gudang, abk bisa tidak istirahat 1-2 hari full
DeleteMasalah bahasa itu gimana mas cara komunikasinya bila kita tidak bisa bahasa mandarin
ReplyDeletekebanyakan kita gak bisa bahasa mandarin sih. jadi lebih sering pake semacam bahasa isyarat. soal bahasa biasanya campur-campur antara mandarin, indo dan inggris... kebanyakan abk dari indo jadi abk negara lain yang biasanya sedikit menyesuaikan bahasa dengan kita
DeleteLama jga yah ka nyandarnya..
ReplyDeleteTanggal 28 kemarin suami saya brangkat ka dari singapur menuju peru dgn kapal laut..katanya 1 bulan perjalanan mau ke peru..
Mereka dari PT.Gema Bahari Kasih di cirebon
Kalo di peru mereka di samudera Atlantik juga ka atau?
ReplyDeletemaaf, saya kurang tau kalo yang di peru. meski sama-sama cumi tapi jenis cuminya beda jadi sistemnya juga beda
DeleteGak ada bonus hasil tangkapan ya mas ?
ReplyDeletejika hasil tangkapan melebihi target maka bakal ada bonus. tapi tentu saja, bonus hanya berlaku bagi ABK yang finish kontrak.
DeleteMaaf bang saya juga mau berangkat habis lebaran buat nerusin buku pelaut katanya harus belayar minimal 2 tahun di luar Indonesia kalo boleh tau bisa gak kita kalo satu daerah punya 3 teman dapat kerja satu kapal bang
Deletetergantung ketentuan pihak PT. saya sendiri datang berempat dari 1 daerah tapi kami dipisah.
DeleteSaya juga bang, kalo gak ada halangan ikut kapal cumi, sistem terima gaji gimana ya bang, cash tiap bulan apa habis kontrak baru dibayar, kalo pas berlabuh kira2 bisa kirim uang sama keluarga gak bang
ReplyDeletedibayarkan setiap menyandar ke taiwan, setelah satu masa perburuan. bisa dikirim ke keluarga. gaji bisa dibayar cash maupun transfer rekening, tergantung permintaan.
DeleteSama kaya sy gan kapal cumi taiwan, cm sy sekitar tahun 2010. Cm 6 bulan balik. Kerja sangat berat.cm cara berangkatnya aj yg beda sy lngsung naik pesawat dri indonesia ke taiwan transit bandara hongkong ke pelabuhan kaohsiung
ReplyDeleteyeah betul, cukup berat. tapi buat yang kuat fisiknya bisa betah berkali-kali
DeleteNgeri juga ombak di luar negri. Selama saya berlayar di indonesia ngak pernah kapal sampai miring 45 derajat dan ombak hanya setinggi 2-3 M. Salut buat pelaut luar negri
ReplyDeleteitu kebetulan kapalnya emang rusak sih..
DeleteMas maaf kemungkinan saya besok ke kantor buat medical, penempatan di kapal cumi
ReplyDeleteMaaf kalo itungan on off di kapal cumi bagaimana? Apakah mesti 1-2 hari bekerja? Kalo bener seperti itu melebihi jam kerja dan dapat menyebabkan ke kesehatanya, terimakasih
Kalo perjalanan jam kerjanya kita ngapain aja dulu ms
ReplyDeletebanyak hal. dari merangkai pancing, mengecat kapal, mengelas, merangkai pancing, dlsb
DeleteMas mav mau tanya saya no pengalaman kebetulan sekarang ini sya berniat untuk berlayar.
ReplyDeleteMasalah BST pasport sudah jadi tapi buku pelaun blm.
Kira2 kapan ya saya di berangkat kan .
Sudah ada gambaran saya di terbangkan ke sydney kapal zhong yank
tergantung pihak agency. intinya nunggu kapalnya dulu..
DeleteOm kalo samudra hindia gimana yaa??
ReplyDeleteDan kalo ga sampe finish itu di potongnya gimana yaa setengah nya atau perbulan dari sisa kontrak 2 tahun.
Kalo minta pulang gitu ngurusinnya cepet ga??
Tmn saya sih baru desember berlayar dr singapur jg terus katanya ke samudra hidia.
tergantung ketentuan kontrak-nya sih. biasanya sih 4 bulan gaji. kalo minta pulang ya mau gak mau harus nunggu kapal sampai taiwan dulu.
DeleteOh jadi kalo tidak sampai finish di potong 4 bulan gaji yaa?
ReplyDeleteOke, berarti nunggu sampai taiwan dulu batu bisa balik yaa. Jadi bisa lebih dr setauan ataupun kurang dr setahun ya sampai taiwannya.
tepat
DeleteKa aku mau tanya dong suamiku kan berlayar dri tanggal 21 Oktober feri singapur ke Argentina kira" brapa lama yah Bru bisa kontak lagi?
ReplyDeletesekitar 8 - 9 bulan
Delete