Friday 6 March 2015

Perjalanan di Samudra Atlantik



Perjalanan di tengah Samudra mungkin bisa dibilang sebagai perjalanan yang membosankan. Tak peduli di Negri mana kita berada, lautan tetaplah sama. Yang membedakan hanyalah warna laut, iklim, waktu dan besarnya gelombang. Tapi tidak bisa dibilang sebagai perjalanan yang tidak mengesankan.

Di akhir tahun 2013 lalu, aku mendapatkan kesempatan melakukan penjelajahan Samudra. Bukan dalam rangka liburan tapi lebih karna pekerjaan. Memang sudah menjadi rahasia umum bahwa pekerjaan yang paling menghasilkan adalah pekerjaan laut. Apalagi bagi mereka yang terkena himpitan hutang, laut seringkali dijadikan solusi.

Selama 8 bulan aku terombang-ambing di tengah Samudra Atlantik. Dengan kemampuan bahasa Inggrisku yang pas-pasan dan modal yang tak seberapa maka sudah tentu bukan kapal sementereng Pesiar atau Fery yang menjadi tempatku bekerja, tapi pekerjaan yang lebih menuntut pada fisik. Ya, aku bekerja di kapal pemancing Cumi berbendera Taiwan.

Aku bersama teman-teman Indonesiaku memulai perjalanan dari Pelabuhan Singapore. Saat itulah kami mengucapkan selamat tinggal pada daratan. Kami menumpang sebuah Kapal kecil milik Singapore, melintasi ombak yang tenang dan ratusan kapal besar dan kecil disekitar kami. Banyak sekali jenis kapal yang menakjubkan. Sayang sekali, meskipun aku sempat mengabadikannya di Kamera Handphone, Handphone-ku sempat tercebur kegenangan air laut, tentu saja tidak ada tempat  service HP di dalam kapal.

Sepanjang perairan Singapore tidak pernah kosong dari beragam jenis Kapal, kemanapun kepala menoleh disana Nampak beragam jenis kapal dengan segala kesibukannya. Dari yang super besar, hingga yang kecil. Selain itu, sepanjang perairan Singapore banyak sekali pelampung-pelampung kecil bertebaran, aku akhirnya tahu bahwa dibawah pelampung itu terdapat semacam perangkat untuk menjebak ikan.

Di dalam perahu kami terdapat bergalon-galon air tawar.Tentu saja, air tawar sangat penting bagi pelaut. Tapi aku sempat berpikir, untuk apa membawa air sebanyak itu. Akhirnya aku tahu bahwa air tersebut digunakan sebagai alat pembayaran untuk membeli beragam keperluan.

Rata-rata pelaut memang lebih sering memakai sistem barter daripada jual beli menggunakan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Seperti kejadian kala itu, kapal kami mendekati sebuah perahu  yang lebih kecil, kemudian terlibat tawar menawar untuk menukar galon air dengan Mie Instan dan rokok. Begitulah sistem barter berjalan.

Kapal yang kami tumpangi bukanlah kapal tempat kami bekerja, tapi hanya sebagai tumpangan saja. Setelah berjam-jam melintasi perairan Singapore sampailah kami di perbatasan perairan laut Singapore, disanalah kapal Cumi berbendera Taiwan tempat kami bekerja, sedang menunggu.

Setelah komunikasi radio kedua nakhoda kapal, kapal tumpangan kamipun merapat kepintu kapal Cumi. Kapal tersebut bernama Pei Yuh No. 6. Ketika pertama kali melihatnya kapal Pei Yuh terlihat besaaar sekali. Tapi setelah lama berada di Pei Yuh dan setelah melihat kapal kapal lain yang yang jaaauh lebih besar, ukuran Pei Yuh tampak biasa saja.





Satu demi satu ABK (Anak Buah Kapal) melompat masuk kedalam Pei Yuh. Lalu Pei Yuh melemparkan berbagai jenis makanan instant ke kapal yang mengantarkan kami sebagai upah, kemudian kami memulai perjalanan dengan Pei Yuh. Kami semua di kumpulkan dan didata. ABK di kapal Pei Yuh tidak hanya berasal dari Indonesia tapi juga dari Negara lain seperti  Vietnam, China dan Phillippines.

Wilayah perburuan kami ada di Laut Argentine dan Laut Folkland karna itu kapal kami terus melaju menuju tempat tenggelamnya matahari. Karna berjalan searah dengan matahari maka setiap sekitar 3 hari sekali jam kapal akan dikurangi satu jam karna perbedaan zona waktu. Semakin menjauh dari perairan nusantara, semakin bergejolak dan semakin gelap warna lautnya. Semakin jauh dari benua, semakin sepi pula. Hingga akhirnya Kapal Pei Yuh terombang-ambing seorang diri tanpa terlihat satupun kapal lain yang melintas.

Ketika mendekati perairan Madagascar, lautan mulai menunjukkan keganasannya. Ombak menggulung kesana kemari. Disatu sisi ombak setinggi puluhan meter, sedang disisi lain lautan tampak begitu curam seperti lembah. Air laut menghajar kapal dari segala sisi. Lumayan mengerikan juga ketika gelombang laut mengangkat kapal kami tinggi-tinggi untuk kemudian menghempaskan kami ke bawah, perut serasa berdesir, seperti jatuh dari ketinggian.

Kapal yang terhempas kebawah disambut deburan ombak yang membanjiri anjungan kapal. Tak seorangpun berani keluar dari ruangan karna terlalu berbahaya. Di dalam ruangan kami bergoncang ke kanan dan ke kiri. Berbagai macam benda berjatuhan, dari tempat sampah, mangkok, dan barang-barang lain berhamburan. Benar-benar bukan perjalanan yang nyaman.

Sampai akhirnya kami melewati perairan Madagascar, gelombang laut mulai lebih tenang. Pernah suatu ketika kapal begitu miring. Pada mulanya tak ada yang terkejut karna sudah biasanya kapal miring ke arah kanan. Tapi begitu kapal mulai miring tajam hingga 45 derajat, bunyi bell darurat membuat kami berhamburan.



Ruang pengepakan tergenang air dan kami sangat kesulitan berjalan karna lantainya sangat miring. Jika tidak berpegangan, maka kami akan jatuh ke sisi lain dan bisa-bisa tercebur ke laut. Untungnya Kapten kapal sangat sigap mengatasinya. Seluruh ABK diminta berkumpul ke sisi kiri untuk mengimbangi kapal, kemudian Kapten memerintahkan kami untuk mengisi penampungan air di sisi kiri dengan air laut dengan menggunakan selang besar sehingga akhirnya kemiringan kapal kembali stabil.

Jika saja Kapten tidak sigap maka kemungkinan kami selamat adalah 0%. Itu tidak bisa dikata berlebihan mengingat kondisi kami yang sendirian di tengah samudra, tanpa sinyal, tanpa adanya kapal lain yang melintas, benar-benar seperti di pemakaman. Tapi kejadian semacam itu bagi Kapten kapal bukanlah sesuatu yang luar biasa, meski bagi kami kejadian itu cukup mengerikan.

Setelah 3 minggu berlalu, sampailah kami ke Cape Town. Kapal perlu bersandar dulu ke Cape Town untuk mengisi bahan bakar, membeli perbekalan dan mengisi tangki air tawar. Aku masih ingat betul betapa takjubnya diriku melihat Cape Town. Melihat daratan setelah 3 Minggu hanya melihat birunya laut dan birunya langit tentulah mengagumkan. Aku bisa melihat gunung tandus yang menjulang, sementara di kaki gunung perkotaan terhampar.



Kebetulan kala itu aku sedang dapat jatah jaga ruang kemudi, sehingga aku bisa meminjam teropong untuk melihat lebih dekat kesibukan di Cape Town. Aku bisa melihat kapal-kapal Tanker sedang menurunkan muatannya. Aku bisa melihat jalan-jalan di sepanjang Cape Town. Melihat gunung tandus dengan batu-batu bertebaran. Melihat pabrik-pabrik, apartemen, mall dan stadion di sepanjang Cape Town. Selain itu aku bisa melihat ratusan jenis kapal dengan segala kesibukannya di pelabuhan Cape Town. Suasana yang hampir mirip seperti di Singapore, hanya saja lebih ramai.



Untuk memasuki perairan Cape Town, kami harus mengikuti kapal penjaga pantai. Bendera Cape Town pun dikibarkan di tiang kapal. Udara Cape Town begitu dingin seperti udara pegunungan. Aku sempat takjub melihat seekor Ikan Paus menyembul di sebelah kapal, selain itu beberapa kali nampak Anjing Laut bermunculan.

Setelah semua perbekalan kapal siap, kamipun meluncur ke Laut Argentine. Butuh waktu sebulan dari Cape Town untuk sampai di Laut Argentine. Lautan tetaplah sama, dimanapun berada. Biru dan membosankan. Jikapun ada pemandangan yang membuat kami terkesan, itu bukan karna lautnya tapi karna penghuni lautnya. Jika di perairan Asia, kami terbiasa melihat ikan-ikan bersayap yang beterbangan seperti burung, yang biasa kami sebut Ikan Indosiar. Maka di perairan Afrika dan Argentine ikan Indosiar sudah tidak lagi kami temui. Yang paling sering kami temui adalah Lumba-lumba liar yang terlihat mengiringi kapal kami seolah berlomba mencapai garis finish.

Tentu saja di perairan Asia kami sudah biasa melihat Lumba-lumba, tapi di perairan Argentine jumlahnya semakin banyak. Selain itu, beberapa kali aku melihat ikan hiu yang cukup besar meski tidak sering. Dan yang paling sering terlihat adalah sekumpulan camar yang beterbangan dan berenang seperti bebek. Kadang, kami mengisi waktu luang dengan memancing Camar. Camar adalah jenis burung yang sangat mudah dipancing. Kita hanya perlu menggunakan daging atau sampah sayuran sebagai umpan maka mereka akan langsung berebut.



Akhirnya kamipun sampai di wilayah perburuan Cumi di Argentine. Jika biasanya kami terapung sendirian di tengah Samudra, di laut Argentine kami mempunyai banyak teman. Ratusan kapal dari berbagai Negara berkumpul di laut Argentine dengan tujuan yang sama, berburu Cumi. Lautan Argentine memiliki gelombang yang tenang, meski tidak setenang perairan Asia. Ketika kami keluar ruangan, kami akan disambut udara yang begitu dingin.

Air lautnya sedingin es, sehingga jika kita terlalu lama kontak dengan air tanpa memakai sarung tangan maka kulit kita akan menggembung dan bernanah. Aku belum pernah tahu jenis penyakit tersebut di Indonesia, tapi di situ kami menamainya “tongsang” yang diambil dari bahasa China.

Kurasa semua orang disitu pernah terkena tongsang, karna kami semua mau tak mau harus kontak dengan air ketika terlalu lama mengepak Cumi. Bagian tubuh yang terkena tongsang terasa perih dan panas. Tapi tongsang tidak bertahan lama selama ditangani dengan tepat. Secara reflek mungkin kita akan mencari air panas untuk menetralkannya, tapi menggunakan air panas sebenarnya justru akan memperparah.

Ketika terkena tongsang, solusinya adalah merendam bagian tubuh kita ke air dengan suhu stabil, dan mendapatkan air dengan suhu stabil tidak sulit. Kami memiliki pemanas air untuk mandi, kami bisa dengan mudah mendapatkan air dengan suhu stabil disitu. Air laut yang dingin jika dihangatkan akan menjadi air dengan suhu stabil. Tidak panas juga tidak dingin. Kalo di Indonesia, semua air memiliki suhu yang stabil.

Selain tongsang ada lagi jenis penyakit lain yang tidak terhindarkan untuk kami alami. Tapi yang ini tidak menyakitkan. Mungkin lebih tepat disebut sebagai kerusakan kulit. Itu terjadi akibat radiasi dari pancaran lampu yang khusus untuk memancing Cumi. Kulit wajah kami akan terkelupas seperti ular, dan tampak jelek sekali. Tapi lama kelamaan kulit baru juga akan menutupi. Selain merusak kulit pancaran lampu cumi dilarang untuk dilihat secara langsung karna terlalu kuatnya radiasi bagi mata. Meski begitu tetap saja banyak yang jadi korban karna tak sengaja menatapnya. Akibatnya mata-pun memerah dan seharian mengeluarkan airmata, tentunya hal itu amat sangat mengganggu.




Iklim di laut Argentine tentulah berbeda dengan Asia. Disini, hujan es sering terjadi. Selain itu siang hari disini lebih panjang. Di Argentine, matahari terbit pukul 3.30 AM dan tenggelam pukul 09.00 PM. Tidak terbayang jika harus menjalankan puasa disini. Tapi tentu saja Tuhan Mahaadil, udara di sini begitu dingin sehingga kami jarang mengalami kehausan.

Setelah 2 bulan kami berburu di lautan Argentine, kamipun pindah ke Folkland, menuju tangkapan yang lebih besar dan lebih banyak. Perjalanan dari Argentine ke Folkland membutuhkan waktu seminggu. Iklim di Folkland juga berbeda dengan Argentine. Jika di Argentine kadang kami mengalami hujan es, tapi hujan tersebut masihlah hujan air. Tapi di Folkland kami pernah mengalami hujan es yang benar-benar hujan es.



Ribuan butir es jatuh dari langit seperti kerikil dan suaranya bergemeletak ketika menimpa lantai. Tapi butiran es yang jatuh sangat kecil, diameternya mungkin sekitar 1-2 cm. Berbeda dengan Argentine, di Folkland siangnya lebih sedikit dari malamnya. Di Folkland, matahari terbit pukul 8.30 AM dan tenggelam pukul 03.00 PM. Karna Cumi adalah binatang malam, sementara di Folkland setiap harinya lebih di dominasi malam hari, tentulah tangkapan Cumi jauuhh lebih banyak.

Di Folkland, kapal pemancing Cumi tidak sebanyak di Argentine. Ketika berburu Cumi, paling hanya nampak 1-2 kapal lain, berbeda dengan di Argentine yang ketika malam menjelang seperti pasar malam karna ramainya kapal pemancing Cumi yang ada. Suhu udara di Laut Folkland sendiri jauh lebih dingin daripada Laut Argentine. Kadang kami jumpai pula gelombang laut yang besar. Seringkali parasut penyeimbang kapal rusak karna besarnya gelombang laut. Pernah pula ketika sedang memancing, tiba-tiba kapal dihantam ombak, kala itu seorang ABK dari Phillippines sampai terpental dan mengalami cedera ringan. Untunglah kala itu kebanyakan ABK berada di ruang pengepakan sehingga tidak ikut menjadi korban.



Jika di Argentine, kadang kami dibuat heboh ketika melihat Pinguin berenang di kejauhan. Maka di Laut Folkland kami tidak lagi heboh jika hanya melihat Pinguin. Pinguin sangat sering dijumpai dan jumlahnya begitu banyak. Tak terhitung sudah berapa kali Pinguin terjerat pancing. Jika biasanya kami hanya melihat dari kejauhan, kali ini kami bisa menyentuhnya dan bermain-main dengannya. Setelah kami puas berfoto dan bermain-main dengan Pinguin, maka Pinguin itu segera kami lepaskan karna Pinguin merupakan binatang yang dilindungi.







Di perairan Folkland kadang banyak sekali dijumpai anakan Lobster yang berada di permukaan laut dan kadang terjerat pancing. Namun, selain jenis binatang tersebut. Tidak ada lagi binatang yang terjerat pancing tanpa sengaja. Kadangkala memang, ada Hiu, Lumba-lumba, Anjing Laut dan Singa Laut yang terjerat pancing namun karna terlalu berat pancingnya putus.

Ketika perbekalan kebutuhan hidup mulai habis, Kapten akan menghubungi kapal lain dan melakukan barter. Dari air tawar, solar, oli mesin, perlengkapan memancing, makanan, dsb bisa digunakan untuk barter dengan kapal lain. Memang proses serah terima barang sangat merepotkan, tapi kehabisan perbekalan bukanlah masalah selama ada kapal lain yang bersedia melakukan transaksi.

Setelah 3 bulan berada di Folkland, perburuan Cumi pun usai. Kapal harus kembali ke Taiwan. Karna kami berjalan ke timur, maka setiap sekitar 3 hari sekali jam kapal dimajukan 1 jam mengikuti zona waktu. Perjalanan pulang tidak terlalu mulus. Berkali-kali kapal diterjang amukan badai sehingga benda-benda didalam kapal berjatuhan. Suatu ketika gelombang laut sedang besar-besarnya. Air menerjang anjungan kapal hingga lantai kayu di ruang pengepakan tercerai berai. Selain itu, hantaman ombak mengakibatnya rusaknya sebagian mesin kapal yang mengakibatkan kapal berjalan lambat dan sering mogok.

Akhirnya kami sampai di Cape Town, kali ini kami di izinkan untuk jalan-jalan di Cape Town. Ini adalah pertama kalinya kami menginjakkan kaki di daratan setelah 6 bulan kami terombang-ambing di laut. Pada mulanya terasa sedikit aneh begitu menyadari lantai yang kami pijak tidak bergoyang-goyang seperti di dalam kapal, tapi beberapa menit kemudian aku sudah terbiasa. Di Cape Town kami bisa menghubungi keluarga setelah 6 bulan kami benar-benar kehilangan kontak. Kami memanfaatkan kesempatan ini untuk berbelanja.




Esok harinya kami harus mengucapkan selamat tinggal pada Cape Town. Kami telah puas belanja, perbekalan Kapal pun telah kembali di isi ulang. Namun, meskipun mesin kapal sudah diperbaiki ternyata masih ada yang kurang sehingga kapal masih berjalan lambat meski lebih cepat dari sebelumnya. Beberapa hari kemudian kami kembali melihat daratan, ternyata Pulau Mauritius. Kapten menghentikan kapal di perbatasan perairan Mauritius, ternyata Kapten sedang menunggu Mesin tambahan.



Di perairan Mauritius banyak kapal kecil menawarkan dagangan. Ada yang menawarkan pulsa elektronik, ada yang menawarkan Wisky. Kali ini transaksi tidak menggunakan sistem barter, tapi jual beli secara Cash menggunakan mata uang dolar atau Rupee. Setelah mesin baru dipasang, kapalpun melanjutkan perjalanan. Kami telah memasuki wilayah Asia.

Pembagian waktu siang dan malam mulai adil. Matahari terbit pukul 06.00 AM dan tenggelam pukul 06.00 PM. Udarapun mulai terasa panas. Kami bahkan telah berani mandi tanpa menggunakan pemanas air. Memasuki wilayah Nusantara, matahari begitu menyengat. Kami begitu kecewa melihat perubahan warna kulit kami dari yang sebelumnya putih karna terus berada di udara dingin menjadi gosong dan kembali seperti semula, berwarna kecoklatan.

Kapal mulai mendekati wilayah Aceh, kami bisa melihat perahu-perahu kecil berbendera Indonesia sedang sibuk mencari ikan. Melihat kapal-kapal Indonesia yang kecil, ABK dari China menertawakan kami (dalam arti gurauan, bukan merendahkan). Tapi begitu memasuki wilayah Batam, mereka terperangah melihat Indonesia yang tampak megah. Perairan Indonesia adalah perairan yang paling tenang dan paling nyaman. Kami bisa beraktifitas dengan tenang tanpa harus doyong kesana kemari karna hantaman ombak.

Memasuki perairan Singapore, Kapal kami mengisi solar dari kapal Tanker Singapore. Ketika pengisian solar berlangsung, kami sempat berbincang akrab dengan Pekerja kapal Tanker yang kebetulan berasal dari Malaysia. Memiliki bahasa yang hampir sama, budaya yang seragam dan kepercayaan agama yang sama membuat kami mudah bergaul akrab dengan mereka.


Kapal kami melanjutkan perjalanannya, melewati perairan Vietnam dengan kapal-kapal kayunya. Melewati perairan Phillippines dimana beberapa kali kami melihat tornado yang begitu besar di kejauhan. Dan akhirnya memasuki perairan Taiwan, tempat tujuan terakhir kami. Akhirnya aku dan beberapa temanku mengucapkan sayonara pada dunia laut dan kembali ke Negri Indonesia tercinta. 


Suasana Kerja


ruang pengepakan (kapal pei yuh) :


ruang pemancingan (video kapal laen) :



winapurwokoadi.blogspot.com

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

62 comments:

  1. enak banget gan kerja sambil jalan2, jadi iri

    ReplyDelete
  2. jangan pernah kebayang deech kerja di kapal, kecuali kapal pesiar ato feri. bener2 mimpi buruk

    ReplyDelete
  3. tulisannya bagus, ngalir serasa berada disana, ngalamin sendiri gimana berjuang sama ombak besar, gak kebayang deh kerja melaut seperti itu, butuh mental yang beneran kuat!! apalagi taruhannya nyawa, salut. :)
    tapi senengnya bisa menginjak negara lain, walaupun lebih banyak dukanya :D

    ReplyDelete
  4. makasih kunjungannya. meski memang banyak dukanya tapi ini pengalaman sekali seumur hidup, soalnya memang tidak ada minat buat mlaut lagi (kecuali pesiar, hehe). sebenernya buanyaaakk banget yang mau diceritain, tapi kalo diceritain semua, artikelnya bisa setebal buku, bisa-bisa malah bikin bosen yang ngebaca, jadi aku cuma ceritain perjalanannya aja, tapi itu sudah sedikit memberikan sekelumit gambaran tentang kehidupan laut

    ReplyDelete
  5. btw itu burung apa yang pegang..gede amat bro

    ReplyDelete
    Replies
    1. burung camar. emang gede, bisa buat ngenyangin para ABK. buat camilan di kapal aja, hehe...

      Delete
  6. Mas bro minta kontaknya dong. Ini pin ku 5F208248. Bentar lg aku jg MW melaut persis ky yg mas alamin. Minta saran and nasehatnya mas bro. Thanks

    ReplyDelete
    Replies
    1. sori banget ane gak ada pin BB. lewat akun FB aja dech. klik aja icon FB di sebelah kiri blog buat masuk ke FB-ku langsung

      Delete
  7. Mz kalau kapal cumi korea sma g sprt yg d crtakn ..?

    ReplyDelete
    Replies
    1. sori, ane belum pernah ikut kapal korea jadi gak begitu paham. tapi seharusnya gak jauh beda.

      Delete
    2. enak mana mas..kapal cumi dan longline..ini kita masih proses

      Delete
    3. lebih enak cumi, tapi juga gajinya lebih kecil cumi.

      Delete
  8. Berapa bulan mas dikapal, katanya kalo kapal ikan keras ya klo taiwan. Sering ada abk indo bentrok dgn abk dri ngara lain. Ap benar

    ReplyDelete
    Replies
    1. aku hanya 8 bulan dari yang seharusnya 24 bulan. karna gak finish kontrak sudah tentu dikenakan denda. setauku sih emang tidak ada pekerjaan yang lebih keras dari pekerjaan kapal ikan. karna kerjaan suka gak ada habis-habisnya makanya temperamen ABK juga sering memuncak sehingga menyebabkan mudah tersinggung, kurasa perkelahian antar ABK bukan hal yang luar biasa.

      Delete
  9. Maaf bang mau nax.dilaut argentina nga da jaringan ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. di laut gak ada jaringan dan gak ada sinyal jadi bener-bener putus komunikasi dengan dunia, tidak tau berita sama sekali. begitu kapal nyandar di capetown/ taiwan barulah bisa komunikasi. disana ada yang jual pulsa untuk telpon ke indo.

      Delete
  10. Oh gitu ya bang..kebetulan suami saya berankat melaut keargentiana..
    Oh iyya bang.itu kapalx lama ya bru nyandar..maaf byk nax.

    ReplyDelete
    Replies
    1. untuk tujuan laut argentine 8 bulan baru nyandar. untuk tujuan japan 4 bulan udah nyandar. masing-masing tujuan 2x jadi totalnya 2 tahun

      Delete
  11. Kalo kontrak 1 thn brp bulan bang.kira2 baru nyandar.soalx suamiku cm ambil kontrak 1 thn.

    ReplyDelete
    Replies
    1. tergantung pelayaran pertamanya dimana dulu. kalo di japan, 4 bulan udah nyandar. tapi kalo pelayaran pertamanya ke argentine maka baru bisa nyandar setelah 8 bulan

      Delete
  12. Selama 8 bulan dapet uang berapa mas...?

    ReplyDelete
    Replies
    1. 300 dolar x 8 bulan = 2400 dolar. kena denda 1200 dolar (karna gak finish) dan tiket pesawat. waktu itu kurs dollar 11000. kalo gak salah waktu itu pegang dalam rupiah ada 9 jutaan

      Delete
  13. Berarti itungannya di gaji 1 juta ya mas... Per bulannya

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe...iya... karna kena denda jadi cuman dapet sejutaan doang perbulan. tapi kalo betah 2 tahun maka perbulannya dapet lebih dari 3 jutaan

      Delete
  14. mas adi kmren kenapa gak finis kontrak?
    brangkat kemaren dari pt. apa alamatnya dmana

    ReplyDelete
    Replies
    1. gak betah aja. liat laut terus bosen, kerjanya juga lumayan berat. kemarin aku lewat cv. seva jaya di pemalang... kalo alamat lengkapnya dah lupa.

      Delete
  15. saya orang pemalang maz adi..klo pingin singgah...welcome.

    ReplyDelete
  16. ijasah apa mas . cukup bst/buku pelaut kah

    ReplyDelete
    Replies
    1. aku sendiri ijasah sma. tapi sebenernya disini bisa ijasah smp. mengenai surat-surat nanti bakal diuruskan

      Delete
  17. Kalau di Peru juga gak ada sinyal kak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. ditengah laut gak ada sinyal. sinyal baru ada di area pelabuhan

      Delete
  18. Kerja berapa jam mas dan pake kartu indo kartu apa

    ReplyDelete
    Replies
    1. pake kartu luar dan hanya sekali pake buat telpon kalo pas nyandar pelabuhan, ntar beli pake duit dolar.

      Delete
  19. Berapa lama di laut ka sampai ulang nyandar di plabuhan? Katanya di kapal cumi gak ada istirahatnya yah ka ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. perburuan cumi nyandar di pelabuhan setelah 8 bulan, perburuan ikan samba nyandar di pelabuhan setelah 4 bulan. kalo pas tangkapan normal, abk punya waktu 7 jam buat istirahat. kalo pas penuh banget, abk cuman dikasih waktu istirahat 3 jam. waktu pengosongan gudang, abk bisa tidak istirahat 1-2 hari full

      Delete
  20. Masalah bahasa itu gimana mas cara komunikasinya bila kita tidak bisa bahasa mandarin

    ReplyDelete
    Replies
    1. kebanyakan kita gak bisa bahasa mandarin sih. jadi lebih sering pake semacam bahasa isyarat. soal bahasa biasanya campur-campur antara mandarin, indo dan inggris... kebanyakan abk dari indo jadi abk negara lain yang biasanya sedikit menyesuaikan bahasa dengan kita

      Delete
  21. Lama jga yah ka nyandarnya..
    Tanggal 28 kemarin suami saya brangkat ka dari singapur menuju peru dgn kapal laut..katanya 1 bulan perjalanan mau ke peru..
    Mereka dari PT.Gema Bahari Kasih di cirebon

    ReplyDelete
  22. Kalo di peru mereka di samudera Atlantik juga ka atau?

    ReplyDelete
    Replies
    1. maaf, saya kurang tau kalo yang di peru. meski sama-sama cumi tapi jenis cuminya beda jadi sistemnya juga beda

      Delete
  23. Gak ada bonus hasil tangkapan ya mas ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. jika hasil tangkapan melebihi target maka bakal ada bonus. tapi tentu saja, bonus hanya berlaku bagi ABK yang finish kontrak.

      Delete
    2. Maaf bang saya juga mau berangkat habis lebaran buat nerusin buku pelaut katanya harus belayar minimal 2 tahun di luar Indonesia kalo boleh tau bisa gak kita kalo satu daerah punya 3 teman dapat kerja satu kapal bang

      Delete
    3. tergantung ketentuan pihak PT. saya sendiri datang berempat dari 1 daerah tapi kami dipisah.

      Delete
  24. Saya juga bang, kalo gak ada halangan ikut kapal cumi, sistem terima gaji gimana ya bang, cash tiap bulan apa habis kontrak baru dibayar, kalo pas berlabuh kira2 bisa kirim uang sama keluarga gak bang

    ReplyDelete
    Replies
    1. dibayarkan setiap menyandar ke taiwan, setelah satu masa perburuan. bisa dikirim ke keluarga. gaji bisa dibayar cash maupun transfer rekening, tergantung permintaan.

      Delete
  25. Sama kaya sy gan kapal cumi taiwan, cm sy sekitar tahun 2010. Cm 6 bulan balik. Kerja sangat berat.cm cara berangkatnya aj yg beda sy lngsung naik pesawat dri indonesia ke taiwan transit bandara hongkong ke pelabuhan kaohsiung

    ReplyDelete
    Replies
    1. yeah betul, cukup berat. tapi buat yang kuat fisiknya bisa betah berkali-kali

      Delete
  26. Ngeri juga ombak di luar negri. Selama saya berlayar di indonesia ngak pernah kapal sampai miring 45 derajat dan ombak hanya setinggi 2-3 M. Salut buat pelaut luar negri

    ReplyDelete
  27. Mas maaf kemungkinan saya besok ke kantor buat medical, penempatan di kapal cumi
    Maaf kalo itungan on off di kapal cumi bagaimana? Apakah mesti 1-2 hari bekerja? Kalo bener seperti itu melebihi jam kerja dan dapat menyebabkan ke kesehatanya, terimakasih

    ReplyDelete
  28. Kalo perjalanan jam kerjanya kita ngapain aja dulu ms

    ReplyDelete
    Replies
    1. banyak hal. dari merangkai pancing, mengecat kapal, mengelas, merangkai pancing, dlsb

      Delete
  29. Mas mav mau tanya saya no pengalaman kebetulan sekarang ini sya berniat untuk berlayar.
    Masalah BST pasport sudah jadi tapi buku pelaun blm.
    Kira2 kapan ya saya di berangkat kan .
    Sudah ada gambaran saya di terbangkan ke sydney kapal zhong yank

    ReplyDelete
    Replies
    1. tergantung pihak agency. intinya nunggu kapalnya dulu..

      Delete
  30. Om kalo samudra hindia gimana yaa??

    Dan kalo ga sampe finish itu di potongnya gimana yaa setengah nya atau perbulan dari sisa kontrak 2 tahun.

    Kalo minta pulang gitu ngurusinnya cepet ga??

    Tmn saya sih baru desember berlayar dr singapur jg terus katanya ke samudra hidia.

    ReplyDelete
    Replies
    1. tergantung ketentuan kontrak-nya sih. biasanya sih 4 bulan gaji. kalo minta pulang ya mau gak mau harus nunggu kapal sampai taiwan dulu.

      Delete
  31. Oh jadi kalo tidak sampai finish di potong 4 bulan gaji yaa?

    Oke, berarti nunggu sampai taiwan dulu batu bisa balik yaa. Jadi bisa lebih dr setauan ataupun kurang dr setahun ya sampai taiwannya.

    ReplyDelete
  32. Ka aku mau tanya dong suamiku kan berlayar dri tanggal 21 Oktober feri singapur ke Argentina kira" brapa lama yah Bru bisa kontak lagi?

    ReplyDelete

 
biz.