Tuesday 25 April 2017

5 Rekomendasi Anime Slice of Life - Part. 5




Konbawa minna-san...

Sebagai seorang Otaku yang menggandrungi genre Slice of Life, kurasa cukup wajar jika aku cukup banyak memiliki rekomendasi anime ber-genre Slice of Life di banding genre yang lain. Dan kali ini adalah kelima kalinya aku memberikan rekomendasi anime Slice of Life. Bagi yang belum sempat membaca rekomendasi anime ber-genre Slice of Life sebelumnya bisa berkunjung disini. Dan bagi yang lebih tertarik dengan anime dari genre yang lain bisa kunjungi link yang kusediakan di daftar rekomendasi anime di artikel terbawah.

21. Natsume Yuujinchou
(Genre : Slice of Life, Fantasy, Supernatural, Shoujo, Drama)



Anime yang satu ini rasanya sangat sayang untuk dilewatkan mengingat kepopulerannya. Bahkan meski telah memasuki Season keenamnya, para fans sama sekali tidak merasa jenuh dengan jalan ceritanya. Natsume Yuujinchou bahkan sering disebut-sebut sebagai dewanya anime Slice of Life. Kelebihan Natsume bukan dari segi grafis namun lebih pada jalan ceritanya. Anime satu ini pun aman ditonton di semua kalangan karna bebas fanservice berbau ecchie. Gaya ceritanya sendiri tergolong lambat dan bisa dinikmati tanpa harus terburu-buru karna konflik didalamnya seringkali tuntas dalam satu episode.

Berkisah tentang Natsume, seorang pemuda dari keluarga yang broken home dimana setelah kematian orang tuanya diapun dioper ke satu paman ke paman yang lain, dan karna kemampuannya melihat Yokai, Natsume pun dianggap sebagai anak yang aneh sehingga seringkali terkucilkan dan kekurangan kasih sayang dari wali-walinya sampai akhirnya dia diasuh oleh keluarga Fujiwara yang baik hati dan diperlakukan seperti anak sendiri. Seiring waktu, Natsume pun mulai bisa menjalani kehidupan normalnya bersama kawan-kawan barunya.



22. Mushi-shi
(Genre : Slice of Life, Adventure, Fantasy, Seinen, Supernatural, Historical, Mistery)



Satu lagi anime yang cukup menjadi legenda bagi pecinta genre Slice of Life, anime yang tidak mengandalkan fanservice berbau ecchie untuk mendongkrak popularitas melainkan murni hanya mengandalkan kualitas story. Anime satu ini memiliki nuansa yang adem dan kalem, sangat pas dinikmati di waktu santai. Setting yang diambil adalah Jepang di era terdahulu dan mengambil tema petualang dimana Protagonis akan selalu berada di tempat yang baru dan bertemu karakter baru di setiap episodenya dengan beragam permasalahannya.

Ginko, seorang pengembara yang berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya karna satu alasan dan menunaikan tugasnya sebagai Mushi-shi. Mushi-shi sendiri adalah sebutan bagi pakar dalam pemahaman dunia Mushi. Sedangkan Mushi sendiri adalah makhluk supernatural yang tak kasat mata dan tidak memiliki kesadaran. Mushi sendiri dapat menyebabkan ketidakseimbangan alam dan ketika bersinggungan dengan manusia dapat menyebabkan masalah bagi manusianya. Tugas seorang Mushi-shi adalah menuntaskan beragam permasalahan yang disebabkan oleh Mushi.


23. Udon no Kuni no Kiniro Kemari
(Genre : Slice of Life, Seinen, Fantasy)





Anime yang satu ini nampaknya pas banget dinikmati dikala senggang. Udon no Kuni menyajikan suasana pedesaan yang tenang dengan sedikit sentuhan fantasy dan karakteristik tokoh yang begitu ramah. Meskipun ber-genre Seinen namun anime ini tidak menyajikan fanservice berbau ecchi sehingga aman ditonton bersama keluarga. Anime ini sendiri mengusung tema pengasuhan anak, dimana dalam setiap episode-nya penuh dengan keceriaan tingkah laku Poko, si bocah tanuki. Konflik didalamnya tergolong kalem dengan perpaduan feel-story dan komedi yang tidak berlebihan.

Setelah ayahnya meninggal, Shouta cuti dari pekerjaannya untuk pulang ke rumahnya di desa. Ayah Shouta memiliki usaha warung Udon yang cukup populer di desa namun Shouta tidak mewarisi usahanya karna memiliki cita-citanya sendiri. Setibanya di rumah, Shouta dikejutkan dengan keberadaan seorang anak kecil yang tertidur di tempat tepung yang dinamainya Poko. Terpikat olehnya, Shouta pun memutuskan untuk mengasuhnya walaupun Shouta menyadari bahwa anak tersebut adalah penjelmaan seekor tanuki. 


24. Amaama to Inazuma
(Slice of Life, Seinen, Comedy)



Satu lagi anime adem dan kalem seputar pengasuhan anak. Amaama to Inazuma rasanya sangat pas dijadikan tontonan keluarga untuk mengisi waktu bersantai. Amaama to Inazuma menyajikan tingkah laku menggemaskan dari Tsumugu yang akan membuat penonton turut larut dalam emosinya. Selain mengusung tema pengasuhan anak, anime yang satu ini juga mengangkat tema masak memasak. Sebagai anime yang mengedepankan karakteristik yang ramah, maka tidak ada tokoh antagonis di anime satu ini. Konfliknya sendiri hanya seputar kerepotan main character dalam mengurus si kecil.

Inuzuka adalah seorang guru SMA sekaligus seorang orang tua tunggal, dimana dia harus memberikan cukup kasih sayang pada putri tunggalnya disela-sela kesibukannya bekerja. Namun tentunya itu bukan hal yang mudah terlebih Inuzuka tidak pandai memasak. Dia hanya memberikan makanan instan pada Tsumugu yang seringkali tidak habis dimakan. Sepulang kerja, Inuzuka terkejut melihat Tsumugu memeluk televisi yang sedang menayangkan makanan lezat karna merasa sangat tergiur olehnya. Tanpa basa-basi Inuzuka pun langsung membawa Tsumugu ke sebuah Restorant yang sempat dipromosikan padanya yang ternyata adalah milik wali muridnya sendiri.


25. Watamote
(Slice of Life, Comedy, School, Shounen)





Watamote merupakan singkatan dari judul panjangnya : Watashi ga Motenai no wa Dou Kangaetemo Omaera ga Warui. Jalan ceritanya sendiri mungkin memang tidak terbilang kalem. Sebagaimana anime pada umumnya, Watamote juga memasukkan sedikit sentuhan ecchie sebagai fanservice, jadi memang bukan anime yang tepat dijadikan sebagai tontonan keluarga, terlebih tema yang diusung Watamote adalah seputar cewek anti-sosial yang memang “rada” kurang beres. Aku merekomendasikannya bagi penonton yang tertarik melihat kehidupan yang tidak umum. Setidaknya dari anime ini kita jadi sedikit memahami sudut pandang mereka yang berjiwa anti-sosial.

Kuroki Tomoko adalah seorang cewek Hikkikomori. Wajahnya yang tidak cantik ditambah kepribadiannya yang aneh membuatnya semakin sulit berbaur. Kuroki sendiri tentunya sangat ingin hidup dengan normal dan sangat “ngebet” untuk punya pacar. Namun jangankan untuk punya pacar, untuk punya teman saja seperti sangat mustahil baginya. Kuroki sudah sangat bahagia hanya karna gurunya memberikan sapaan formal padanya, namun Kuroki sendiri sudah sangat gugup dan grogi ketika harus menjawab sapaan. Kisah dalam Watamote sendiri adalah seputar perjuangan Kuroki demi meraih ambisinya untuk hidup normal.


-----------------------------------------------------------------------------------------------------

DAFTAR REKOMENDASI ANIME

10 Anime Terbaik Menurut Versiku
5 Rekomendasi Anime Genre Mistery

5 Rekomendasi Anime Movie

------------------------------------------------------------------------------------------------------


Thursday 23 March 2017

Kasih Sayang



Apa yang terbetik dalam pikiran kita jika kita mendengar kata..pelacur? Mungkin kita akan membayangkan tentang seorang wanita hina, wanita murahan, tak punya harga diri dan seterusnya. Tapi,apakah kita pernah tahu isi hatinya? tidak,kita takkan pernah tahu,kita mungkin hanya bisa menebak dan tebakan kita sering juga salah.

 Isi hati manusia hanya  orang itu sendiri dan juga Allah saja yang tahu, bahkan para jin,malaikat, dan para psikiater sendiri hanya mampu menduga,tak seorangpun berani memastikan, itu adalah rahasia Allah, seringkali ada kejutan di dalamnya.
           
Sungguh Allah yang maharahman memberikan kasih-Nya kepada siapa yang dikehendaki. Nabi saw pernah bersabda,”orang yang mendapatkan rahmat Allah hanyalah mereka yang memiliki kasih sayang”. Itulah sebabnya islam diajarkan sebagai rohmatan lil alamin.
           
Marilah kita belajar akan arti sebuah kasih sayang, meskipun kita harus belajar dari seorang wanita tuna susila.
           
Alkisah di suatu padang pasir yang tandus dan gersang seorang wanita bani Israel berjalan tertatih-tatih tanpa tenaga, mulutnya kering dan pandangannya begitu kabur. Wanita itu adalah seorang yang bekerja dengan menjajakan tubuhnya kepada para laki-laki hidung belang. Sebuah profesi yang dia jalani dengan rasa jijik dan jeritan penyesalan. Serta keinginan yang teramat sangat untuk bertaubat dan memperbaiki diri sesegera mungkin.

Jam demi jam berlalu, tak tampak tanda-tanda kehidupan di jalan yang di lalui wanita itu, saat semangat mulai tipis tiba-tiba terlihat sebuah sumur yang masih belum kering airnya, wanita itu begitu gembira dan dengan tergopoh-gopoh wanita itu berlari dengan sisa-sisa tenaganya.
           
Ternyata sumur itu begitu dalam dan sudah tidak memiliki timba sehingga wanita itu harus turun sendiri kebawah untuk mengambil airnya. Wanita itu turun ke dasar dan menciduk air dengan sepatunya, lalu dengan susah payah wanita itu memanjat dinding-dinding sumur untuk naik ke atas sementara mulutnya menggigit sepatu yang sudah berisi air di dalamnya.
           
Akhirnya wanita itu berhasil keluar dari sumur, tenaganya sudah benar-benar habis, namun saat dia hendak meminum airnya tiba-tiba dia terdiam sejenak, dilihatnya seekor anjing berjalan mengitari sumur dengan menjilati pasir karna sangat kehausan.
           
Wanita itu begitu iba melihat anjing yang hampir mati kehausan, hatinya trenyuh dan jiwanya yang penuh welas asih pun terlihat, mungkin dia berpikir bahwa lebih baik air itu diberikan kepada makhluk Allah yang tidak memiliki dosa daripada diminum sendiri olehnya yang telah banyak memikul dosa.
           
Dengan hati yang penuh keikhlasan diberikannya air itu kepada seekor anjing, wanita itu tersenyum tulus melihat anjing itu begitu bersemangat menghabiskan air itu, hingga mata wanita itu mulai berat dan semakin gelap lalu….innalillahi wainna ilaihi rojiun.
            
Seluruh isi langit dan bumi terharu melihat kejadian itu, Allah yang mahakasih tentu merasa berterimakasih pada wanita itu, sehingga diangkatlah derajat wanita mulia itu dan dihapuskan dosa-dosanya…semuanya.
           
“katakanlah:hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rohmat Allah. sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. sesungguhnya Dia-lah yang mahapengampun lagi maha penyayang.”  (QS Az-Zumar:53)
           
Allahu akbar !! terimakasih ya Allah atas kemahapemurahan-Mu, terimakasih wahai wanita mulia yang telah mengajarkan kami akan arti kasih sayang, tidurlah wahai saudariku, berbahagialah karna kemuliaan jiwamu.

           
“hai jiwa yang tenang, kembalillah kepada Tuhan-mu dengan hati yang puas lagi diridloi-Nya. maka masuklah kedalam jemaah hamba-hamba-Ku dan masuklah kedalam sorga-Ku”.  (QS Al-Fajr:27-30)

Monday 27 February 2017

Humor Islami









Harga Sejarah Sungai

Seorang wisatawan ingin menyebrangi sungai Thabariyah dan bertanya kepada pemilik perahu, “Berapa biaya menyebrangi sungai ini dengan perahumu?”

Sang pemilik perahu menjawab, “200 dolar.”

“Mahal sekali !” Wisatawan itu terkejut.

Pemilik perahu menjelaskan, “Mungkin itu mahal, tapi Anda harus ingat, ini adalah sungai bersejarah, sungai ini pernah dilalui Isa al-Masih dengan berenang.”

Wisatawan berkomentar, “Tidak heran ! Ketika Isa tahu harga sewa perahu begitu mahal, ia memutuskan untuk menyebrang menggunakan caranya sendiri.”




Bumerang Kambing Jantan

Kaum Muzayanah menawan Tsabit bin al-Mundzir, ayah Hasan bin Tsabit. Lalu mereka menyatakan jika ingin ditebus, tebusannya haruslah seekor kambing. Maksud mereka, mereka ingin menghina Tsabit bahwa dirinya hanya seharga kambing jantan. Kaum Tsabit pun marah. Tapi Hasan memberikan apa yang mereka minta. Saat acara penyerahan dilakukan, Hasan berkata sembari menunjuk kambing yang dibawa, “Berikanlah saudara mereka ini kepada mereka, dan ambillah saudara kalian !”





Aku Berani Jadi Target Sasaranmu

Ada seorang cendekia melihat seorang laki-laki berlatih memanah dengan membidik sebuah target tembakan. Namun, tembakannya selalu melenceng ke kanan atau ke kiri. Lalu cendekia itu duduk persis di tempat target tembak. Si laki-laki bertanya, “Mengapa Anda duduk di situ?” Dia pun menjawab, “Sebab menurutku, ini adalah tempat yang paling aman.”





Bertemu Seribu Musuhpun Ok !

Ada yang bilang kepada Basyar bin Zaid bahwa ada seorang lelaki yang tidak peduli dengan jumlah musuh yang dihadapinya, mau satu atau seribu orang sama saja. Lalu Basyar menimpali, “Itu benar. Sama saja karena dia lari dari satu musuh sebagaimana dia lari dari seribu musuh.”





Tidak Logis

Seorang lelaki buta menikahi seorang wanita yang sebenarnya tidak cantik. Suatu hari istrinya berkata, “Allah telah memberimu wanita tercantik, meskipun kau tidak bisa melihatnya.”

Sang suami menjawab, “Aneh, apakah para lelaki yang tidak buta tidak melihatmu?”





Kasih Khalifah Pada Seekor Burung

Suatu hari Khalifah al-Mutawakil menembak seekor burung dengan panah, namun tembakannya meleset. Bawahannya berkomentar, “Baik sekali, tuanku !”

Al-Mutawakil pun merasa kesal dan berkata, “Kau menghinaku ! Bagaimana bisa aku dianggap baik sekali ?!”

Si bawahan menjawab, “Maksudku Anda baik sekali terhadap burung itu.”





Penghasilan Sesuai Modal

Seorang pencuri menjual keledai hasil curiannya di Pasar. Namun sayang, hewan itu malah dicuri oleh orang lain. Dalam perjalanan pulang ke rumahnya, ia ditanya, "Berapa engkau jual keledaimu?”

Ia menjawab, “Sesuai dengan modal.”





Supaya Bajumu Tidak Dicuri

Dikisahkan, seseorang bertanya kepada ahli fikih, “Jika aku menanggalkan pakaianku lalu mencebur ke sungai untuk mandi (janabat), apakah aku harus menghadap kiblat?”

Ahli fikih itu menjawab, “Menghadaplah ke arah pakaianmu yang telah engkau lepaskan.”





Mimbar Bertangga

Suatu hari al-Mutawakil berkata kepada para pejabatnya, “Tahukah kalian apa yang menyebabkan sebagian kaum muslimin kurang menyukai Utsman?”


“Kami tidak tahu.” Jawab mereka.

Al-Mutawakil berkata, “Ada beberapa hal, diantaranya, setiap berkhutbah, Abu Bakar selalu berdiri di anak tangga mimbar yang diinjak Rosulullah shallallahu ‘alaihi wassalam. Kemudian Umar selalu memilih anak tangga di bawah Abu Bakar. Tetapi Utsman malah naik ke atas mimbar (yang diinjak Rosulullah) !”

Salah seorang dari mereka menyela, “Wahai Amirul Mukminin, kalau begitu tidak ada yang lebih besar jasanya terhadapmu melebihi Utsman.”

“Mengapa begitu?” Tanya beliau.

“Sebab, seandainya setiap Khalifah harus memilih anak tangga dibawah anak tangga yang diinjak Khalifah sebelumnya, maka Anda akan berkhutbah pada kami dibawah sumur Jaula’.” Ujarnya.

Al-Mutawakil tersenyum dan diiringi tawa orang-orang yang ada di majelis.






Sumber :
Tersenyumlah
Dr. Aidh bin Abdullah al-Qarni


Thursday 13 October 2016

Si Pelit dan Ahli Ibadah



Di zaman nabi isa as, hidup seorang yang amat kaya. Namun masyarakat sekitarnya lebih mengenalnya dengan si pelit. Kepelitannya tersebar hingga kemana-mana. Menjamu tamu atau memberikan pinjaman hutang pada kerabat sama sekali tidak pernah masuk dalam kamus perbendaharaan katanya. Si pelit benar-benar hanya memikirkan dirinya sendiri, bahkan dalam membeli barang sekalipun jangankan memberi tips, malahan dia akan menawar harga serendah-rendahnya. Sehingga walaupun dia kaya raya namun sama sekali tidak memberikan manfaat bagi sekitarnya.

Pada suatu ketika terdengar kabar bahwa agama yang dibawa nabi isa as sedang diperangi. Seorang pemuda dengan semangat jihad membara begitu bersemangat ingin ikut membela agamanya. Namun apalah daya, dia benar-benar miskin. Jangankan sebilah pedang untuk berperang, untuk makan sehari-hari saja dia begitu kesulitan. Namun kerinduannya untuk berjihad di jalan Allah tidak mematahkan semangatnya sehingga dia bertekad akan berusaha segala cara untuk mendapatkan pedang. Tak kenal lelah pemuda itupun mencoba mendatangi dari rumah ke rumah untuk mendapatkan pedang namun hanya tangan hampa yang didapatkannya.

Akhirnya si pemuda pun teringat dengan si pelit yang kaya raya. Meskipun dia paham betul watak si pelit namun itu tidak menggoyahkan niat si pemuda untuk mendatangi rumah si pelit. Begitu mendatangi rumah si pelit jangankan mendapat pinjaman pedang bahkan seteguk air-pun tidak. Tak peduli sekeras apapun si pemuda memohon dan mencoba, si pelit tidak bergeming dengan keputusannya untuk tidak meminjamkan apapun pada si pemuda. Akhirnya si pemuda pun putus asa dan meninggalkan rumah si pelit.

Sudah agak jauh si pemuda berjalan tiba-tiba dari arah belakang dia melihat seseorang berlari dengan tergopoh-gopoh dan memanggil-manggilnya. Si pemuda pun menghampirinya dan tak disangka bahwa ternyata dia adalah si pelit yang tadi dia datangi. Rupanya Allah membukakan hati si pelit sehingga si pelit mau men-sedekah-kan sebilah pedang untuk si pemuda. Betapa gembiranya si pemuda karna pada akhirnya dia bisa memenuhi impiannya untuk berjihad. Tak henti-hentinya si pemuda berterima kasih pada si pelit dan akhirnya si pemuda pun bersegera bergabung dengan pasukan nabi isa as.

Si pemuda pun tak henti-hentinya menceritakan kebaikan si pelit dan hal itu terdengar oleh nabi isa as dan seorang ahli ibadah (abid) yang dikenal sholeh. Nabi Isa as begitu tertarik mendengar penuturan si pemuda, meski begitu si abid hanya bersikap sinis, baginya si pemuda terlalu berlebihan menggembar-gemborkan kebaikan seseorang yang hanya bersedekah pedang. Nabi Isa as pun meminta si pemuda mengantarkannya langsung ke tempat si pelit, si abid yang penasaran pun ikut serta.

Si pelit masih berada di rumahnya ketika Nabi isa as beserta si pemuda dan si abid mendatanginya. Melihat kedatangan seorang Nabi di rumahnya betapa salah tingkahnya si pelit. Karna rasa hormatnya pada Nabi Isa, si pelit-pun memperlakukan mereka sebaik mungkin bahkan si pelit tidak ragu untuk menjamu mereka dengan jamuan terbaik. Si pelit menjabat tangan si pemuda dan Nabi Isa, namun ketika hendak berjabat tangan dengan si abid, si abid menolaknya karna si abid tidak ingin tangannya terkotori oleh pendosa. Si pelit tidak tersinggung dengan sikap sinis si abid.

Tiba-tiba Nabi Isa as diam dengan khusyu, nampaknya beliau baru saja menerima wahyu dari Malaikat Jibril. Kemudian Nabi Isa as pun berkata, "wahai si pelit, sesungguhnya Allah terkesan denganmu. Tak hanya mensedekahkan pedang untuk si pemuda tapi kamu juga memperlakukan kami dan menjamu kami dengan sebaik-baiknya. Sebab itu Allah memberikan kabar gembira padamu bahwa kelak kamu akan menjadi tetangga si abid di sorga."

Betapa suka citanya si pelit mendengar kabar gembira tersebut, tak henti-hentinya dia bertakbir memuji Allah atas karunia-Nya. Lain halnya dengan si abid, nampaknya dia tidak terima dengan keputusan Allah, "aku telah beribadah kepada Allah dan beramal sholeh sepanjang waktu, bagaimana mungkin aku disejajarkan dengan orang pelit yang hanya bersedekah pedang? Aku tidak sudi bertetangga dengan si pelit." Wajah si abid begitu merah menahan rasa dongkol, baginya keputusan tersebut tidaklah adil, dia lupa bahwa sesungguhnya Allah Maha Adil.

Nabi Isa as pun tiba-tiba terdiam dengan khusyu nampaknya Malaikat Jibril baru menyampaikan wahyu pada beliau. Si abid mengira bahwa Allah mendengar keluhannya. Kemudian Nabi Isa as pun menyampaikan apa yang baru saja diterimanya, "Allah tidak suka dengan kesombongan si abid, sebab itu seperti yang dia minta bahwa dia takkan bertetangga dengan si pelit. Si abid akan dimasukkan ke dalam neraka dan si pelit tidak berubah, dia ditempatkan di surga sebagaimana telah ditentukan."

Tuesday 11 October 2016

Icon Dari PNG



Jika artikel sebelumnya aku hanya membagikan icon dalam bentuk siap pakai maka kali ini aku akan memberikan sedikit trik merubah icon dari format PNG. Karna rupanya banyak sekali yang kesulitan mencari icon dalam bentuk jadi, begitunya dapat dari deviantart atau yang lain eh formatnya masih PNG sehingga tidak bisa langsung dipakai. Seperti sudah kujelaskan sebelumnya, fungsi icon sebenernya hanya untuk memperindah tampilan folder biar tidak terlalu kaku.

Untuk icon sendiri kita bisa membuatnya di software desain grafis tapi tentulah butuh skill desain, jadi buat yang gak punya skill barulah bisa nyomot dari google dan masalahnya seringkali yang dicomot masihlah versi PNG, nah untuk itulah artikel ini dibuat. Ok, langsung saja. Jika icon yang kita miliki masih PNG maka kita butuh software buat merubahnya, silakan comot disini.. kecil kok :

password : winapurwokoadi

Setelah download silakan di extract, sorry kalo masih dikasih password.. ceritanya biar gak disangka nyomot punya orang. Setelah itu tinggal di install dan jalankan. Pertama kita minta tolong mbak google buat nyari icon yang kita inginkan. Misalnya disini aku mencari icon folder buat film.



Setelah itu kita drag file PNG tersebut ke icofx. Gak usah tanggung-tanggung, pilih aja size yang paling gede biar kualitas resolusinya lebih bagus. Kemudian Klik OK. Setelah itu lagi, Klik OK.


Langkah terakhir tinggal SAVE dan berikan nama file. 


Dan icon pun bisa digunakan sewaktu-waktu. Gimana? Gampang banget kan kan?


Lalu bagaimana cara menggunakan icon tersebut? Sebelumnya sudah kujabarkan lebih rinci di artikel berjudul Mengganti Icon Folder Sekaligus di artikel tersebut aku menyiapkan beberapa icon siap pakai untuk memperindah tampilan folder Komputer. Dan buat pembaca Otaku yang butuh icon folder siap pakai aku juga telah menyiapkan cukup banyak di artikel berjudul Memperindah Folder Anime.. yeah meskipun cukup banyak tentulah aku tidak bisa harus selalu update menambahkan judul baru jadi itulah sebab artikel ini dibuat, selebihnya bisa dicari sendiri pake google. Setidaknya kamu tidak perlu lagi dipusingkan jika adanya hanya versi PNG.

Thursday 8 September 2016

5 Rekomendasi Anime Slice of Life – Part. 4





Konbawa minna-san...

Anime Lovers dimanapun berada, untuk keempat kalinya aku kembali memberikan Anime genre Slice of Life. Karna aku sendiri menyukai tema Anime yang menggambarkan kehidupan sehari-hari kurasa cukup bisa dimaklumi jika aku cukup banyak merekomendasikan anime Slice of Life. Namun buat yang lebih menyukai anime genre lain bisa mengunjungi rekomendasi genre lain di link yang sudah kutautkan di bagian akhir tulisan ini dan buat yang belum sempat membaca rekomendasi Slice of Life sebelumnya bisa terlebih dulu berkunjung kesini.

16. Natsuiro Kiseki
(Genre : Slice of Life, Supernatural, School)





Natsuiro Kiseki adalah judul anime yang recomended buat yang suka anime ber-tema-kan persahabatan. Secara grafik cukup bagus dengan chara yang kawaii, penokohan karakter juga begitu natural dan tidak kaku, selain itu Opening dan Ending-nya cukup disayangkan untuk di skip. Nuansa di dalam cerita cukup santai dengan drama dan komedi yang tidak berlebihan.

Natsuiro Kiseki berkisah tentang keseharian 4 sahabat yaitu Saki, Natsumi, Yuka dan Rin. Rin sendiri adalah putri penjaga kuil, dan di dekat kuilnya terdapat batu yang kabarnya dapat mengabulkan apapun permintaan dari empat sahabat yang menyentuhnya. Empat sahabat itupun mencobanya, dan batu kuil itu pun mengabulkan permintaan mereka meskipun dengan cara yang tidak terbayangkan. Dengan itu masa-masa kebersamaan mereka di musim panas pun menjadi lebih berwarna.


17. Usagi Drop
(Genre : Slice of Life, Josei)



Usagi Drop sebenarnya adalah anime yang cukup dikenal, dan meskipun lebih ditujukan untuk kalangan orang dewasa, popularitasnya pun lumayan bagus. Sebagai anime yang rilis beberapa tahun silam, secara grafik mungkin tidak sehalus anime era sekarang. Keunggulan anime ini lebih ditekankan pada story-nya. Memang bukan anime yang sepenuhnya bernuansa santai yang hanya membuat penonton tertawa, anime ini juga memberikan sedikit sentuhan drama yang tidak terlalu dalam.

Fokus cerita dalam Usagi Drop adalah hubungan antara Daikichi dan Rin. Mendengar desas desus tidak sedap di keluarga besarnya tentang keberadaan putri mendiang kakeknya yang lahir di luar nikah dan tidak ada satupun yang berani mengambil tanggung jawab mengasuhnya, Daikichi pun berinisiatif mengasuhnya, Rin, yang sebenarnya tidak lain adalah bibinya sendiri. Bukan hal mudah bagi Daikichi untuk merawat seorang anak meski begitu Daikichi berusaha sekuat tenaga untuk menjaga hubungannya dengan Rin. Meskipun Daikichi sendiri belum menikah, diapun harus banyak berkonsultasi dengan para ibu dan para ayah tentang cara merawat anak. Keberadaan Rin dalam hidupnya membuat kehidupan Daikichi menjadi lebih berwarna.


18. Hanasaku Iroha
(Genre : Slice of Life, Drama, Comedy, Seinen)



Jika aku hanya boleh merekomendasikan 3 anime karya Studio PA Works, sudah tentu Hanasaku Iroha masuk di dalamnya. Jika bukan karna beberapa scene fanservice yang membuatnya tidak pas ditonton didepan anak kecil, mungkin aku akan memasukkannya kedalam 10 anime ter-favorit-ku. Tapi selain dari itu aku tidak memiliki keluhan apapun terhadap anime yang satu ini. Karna merupakan genre Seinen mungkin memang tidak terlalu favorit bagi kalangan remaja. Secara grafik begitu khas dengan PA Works yang memang diakui cukup bagus, penokohan karakter juga tidak kaku dan begitu natural, aku pribadi juga tidak pernah melewatkan Lagu Opening-nya yang cukup keren.

Hanasaku Iroha mengisahkan keseharian para pekerja penginapan. Ohana, seorang siswi SMA yang terbiasa menjalani hidup yang keras harus pindah dari rumahnya ketika seorang pemuda yang sangat dekat dengannya menyatakan cintanya. Karna suatu alasan tertentu, ibunya memindahkannya ke penginapan Neneknya. Berbeda dengan apa yang dibayangkan, Nenek Ohana cukup ketus dan galak. Selain itu Ohana juga harus tinggal sekamar dengan pekerja penginapan yang cukup kasar. Namun bukan Ohana jika tidak bisa mengatasi berbagai permasalahan semacam itu.


19. Nichijou
(Genre : Slice of Life, School, Comedy)





Anime garapan Studio Kyoto Animation ini sangat pas ditonton sebagai penghilang stress, setidaknya anime ini bisa membuat mereka yang selalu cemberut terpaksa tersenyum atau malah tertawa terpingkal-pingkal karna memang anime satu ini lumayan bisa mengocok perut. Anime Komedi satu ini memiliki grafik yang menyesuaikan Manga-nya, jadi memang sengaja tidak dibuat halus meskipun tetap saja terlihat moe. Anime ini terkadang memang menjadi buah bibir di Indonesia karna di beberapa scene terkadang Yuuko mengucapkan salam berbahasa Indonesia.

Sebagai anime ringan kita tidak harus mengebut untuk menontonnya karna kita sudah cukup terpuaskan dengan 1 episode karna tidak mengambang. Nichijou sendiri menceritakan keseharian 3 sekawan yang terdiri dari Yuuko, Mai dan Mio di Sekolahnya, selain itu juga menceritakan keseharian profesor Hakase yang begitu kawaii dengan robot berwujud gadis imut bernama Nano dan juga kucing temuan bernama Sakamoto di Laboratorium Shinonome. Terutama buat kamu yang suka komedi jangan sampai melewatkan judul yang satu ini.


20. Amanchu
(Genre : Slice of Life, School, Comedy)



Bagi para fans Aria mungkin juga akan merasa akrab dengan anime yang satu ini, Amanchu. Karna memang Amanchu juga merupakan hasil karya pembuat Aria, jadi kita bisa melihat nuansanya yang begitu mirip baik dari segi grafik, Ost yang kalem, penokohan karakter dan sebagainya. Mungkin bisa dibilang sebagai Aria generasi baru. Masih seputar bermain-main dengan air, jika Aria lebih berfokus pada tema wisata, Amanchu lebih berfokus pada kegiatan Klub sekolah.

Amanchu mengisahkan tentang keseharian Klub menyelam. Futaba, seorang gadis yang baru pindah dari Kota mengawali SMA di kota yang baru dan karna dia tidak pandai bergaul maka diapun selalu merindukan teman-temannya SMP-nya. Hingga akhirnya Futaba bertemu seorang gadis hiperaktif bernama Kohinata yang memaksanya untuk lebih bersenang-senang dan menikmati hidup. Atas rekomendasi Kohinata, Futaba pun mengikuti Klub menyelam. Amanchu memiliki alur yang lambat dan kalem. Tidak ada romance disini, hanya seputar persahabatan. Di dalam Amanchu sendiri juga terdapat beberapa penjelasan dasar tentang tekhnik menyelam, selain itu juga disisipkan beberapa kata-kata mutiara didalamnya. Tentunya semua kembali pada selera, meskipun menurutku Amanchu merupakan salah satu anime terkeren di Summer 2016 nyatanya Amanchu bahkan tidak masuk 10 besar Anime terbaik di musimnya.




-----------------------------------------------------------------------------------------------------

DAFTAR REKOMENDASI ANIME

10 Anime Terbaik Menurut Versiku
5 Rekomendasi Anime Genre Mistery

5 Rekomendasi Anime Movie 

------------------------------------------------------------------------------------------------------



Tuesday 2 August 2016

Cerpen : Senandung Kerinduan





Mendung mengambang memayungi penghuni alas jagad dalam kesuraman. Angin berhembus mengalunkan dentang kesunyian bersama taburan debu. Kesenduan mengiring dalam suara rintik gerimis basahi permukaan.

Bersama keheningan sore nan kelabu, seorang pemuda duduk merenung di bangku teras rumahnya. Seluruh akal dan pikirannya telah terbawa ke alam fana yang penuh khayalan. Gelora hasrat muda yang haus akan cinta membuatnya terpasung dari dunia nyata.

Cinta, satu kalimat ini memang telah banyak membuat kaum muda menelantarkan logikanya. Namun, logika yang tersisih memang tak selamanya bisa dipandang buruk, karna terkadang hidup di dunia khayalan memang lebih terasa nyaman daripada alam realita yang seringkali menyakitkan. Sehingga tak jarang akal dibungkam hanya demi memuaskan hasrat yang tak terlampiaskan.

Mungkin, itulah yang terjadi pada Fuad. Gelora asmara telah membiusnya dalam tidur panjang yang seolah tiada berakhir. Mimpi-mimpi kosong dan penuh kedustaan menyelubungi alam pikirannya sehingga membuat dirinya larut dalam kemabukannya.

Bayangan wajah gadis elok nan menawan hati menari-nari di dalam kepalanya. Kenangan-kenangan kecil yang tak seberapa membuatnya terbuai. Sedikit sapaan dan sedikit senyuman dari seorang primadona kampus yang bernama Irma sanggup membuat hati Fuad berbunga-bunga selama seminggu.

Siapa mengira bahwa pemuda pendiam dan jarang bergaul seperti Fuad bisa jatuh cinta? Namun, sihir wanita terbukti lebih ampuh dari mantra seribu penyihir, hal ini tidak disangkal oleh siapapun yang pernah terbuai asmara.

“Ya Robbi, apakah salah jika aku jatuh cinta? Apakah salah jika aku mendengarkan apa yang diucapkan oleh hati kecilku? Bukankah mencintai itu fitrah? Dan apakah manusia bisa hidup dengan mengabaikan fitrahnya? Tidak… kurasa tidak. Tapi, aku bingung ya Robb. Kumohon… beri aku jawaban.”

“E ehm,” Suara Pak Rendi membuat Fuad hampir melonjak kaget, sontak wajah Fuad memerah begitu menyadari bahwa ternyata sedari tadi ayahnya mendengar keluh kesahnya, “Apakah pantas bagi seorang pria sejati merengek mengemis cinta seperti itu, Fuad?”

“Eh, ayah…” Fuad salah tingkah.

“Apakah benar kau mencintainya?”

Fuad merenung sejenak sampai akhirnya dia mengangguk malu-malu.

“Jika kau memang mencintainya maka ayah akan mendukungmu, namun apakah kau sudah merasa pantas untuk mencintainya?”

“Aku tak tahu ayah, mungkin hanya cinta yang bertepuk sepihak. Karna itu aku tak berharap banyak darinya, asalkan aku bisa melihat senyumannya, melihat keceriaannya dan melihat dirinya bahagia maka aku sudah bahagia.”

“Fuad… Fuad… jangan membuatku malu karna telah membesarkan anak sepertimu. Seorang pria sejati harus memiliki ambisi yang besar. Seorang pria sejati itu jika menginginkan sesuatu maka dia akan mengejarnya dan mendapatkannya… atau tidak sama sekali.”

“Sudahlah ayah, aku sudah merasa puas dengan diriku. Aku tak ingin menuntut terlalu banyak terhadap dunia yang nantinya hanya akan melahirkan kekecewaan.”

“Kau ini. Jika kau tidak pernah mau mencoba maka bagaimana mungkin kau berani bermimpi? Jika kau tidak bisa mencintai dirimu sendiri, bagaimana mungkin kau mengharapkan orang lain mencintaimu? Kau merengek-rengek terhadap nasib dan kehendak Tuhan, namun saat Dia hendak memberikannya kepadamu, tiba-tiba kau merasa tak pantas mendapatkannya. Seorang pria sepertimu lebih baik menyingkir ke laut.”

Fuad sedikit tersinggung dengan perkataan ayahnya, keegoan mudanya mencoba berontak, namun dia segera menyadari bahwa apa yang dikatakan ayahnya tidak sepenuhnya salah, sehingga Fuadpun hanya memendam kesal pada dirinya sendiri.

“Cinta itu bukanlah sesuatu yang perlu kau dramatisir sedemikian rupa sebagaimana cerita bodoh dalam novel klasik. Jika kau benar mencintai, maka kau harus mendapatkannya. Jika kau tak bisa mendapatkannya maka jangan kau mencintainya secuilpun, kaupun sama sekali tidak punya hak untuk memikirkannya, mengerti?”

Tiba-tiba Fuad menatap mata ayahnya seolah menantang, “Ayah tak mengerti tentang diriku. Ayah sama sekali tidak bisa merasakan apa yang saat ini aku rasakan. Ayah kerjanya hanya bicara, bicara dan bicara, apa ayah tidak bisa belajar mendengarkan? Apa ayah pernah mencoba memahamiku dan meluangkan waktu untuk mengerti diriku?”

Pak Rendi diam tak berkutik mendengar Fuad tampak begitu kesal, dia terkejut melihat perubahan sikap Fuad yang biasanya pendiam dan penurut.

“Maafkan ayah, Fuad. Mungkin kau benar, ayah sama sekali tidak mengerti dirimu sehingga tidak semestinya ayah bersikap seolah ayah tahu segalanya.”

“Sudahlah ayah, aku hanya ingin sendiri, jadi tolong… jangan ganggu aku.” Fuad bangkit berdiri dan berjalan masuk ke dalam kamarnya sementara Pak Rendi hanya diam mematung dengan rasa prihatin melihat sikap putra semata wayangnya. Dia ingin menolongnya dan mengembalikan keceriaannya, namun dia khawatir bahwa bantuannya hanya akan membuat putranya semakin kesal. Ayah Fuad hanya bisa menghela nafas panjang dan meninggalkan putranya.

Fuad duduk termenung didalam kamarnya, membiarkan jiwanya melanglang pergi kemanapun ia menuju. Detik berganti menit, dan menit demi menit terus berjalan sementara Fuad hanya diam membisu, tenggelam dalam nostalgianya, menyiksa diri dalam keresahannya.

Akhirnya Fuad mendekati Komputernya, jari-jemarinya mulai menari-nari di atas keyboard, meluapkan segala emosi yang berkecamuk di dalam kepalanya.

“Ketika pertama kali aku memandang kemilau pancaran sinar matamu, aku mulai mengerti bahwa engkaulah sebenarnya yang selama ini aku cari. Keberadaanmu telah menyiksaku dalam ketidak pastian. Membuatku merasa dahaga dan begitu butuh untuk selalu bisa melihat keelokan parasmu. Selama ini aku terbelenggu oleh kerinduan yang merasuk kedalam sanubari...”

“…Aku tiada kuasa mengatakan sepatah katapun untuk menggambarkan gelora didalam jiwaku, namun kutahu bahwa cinta telah merasuk ke dalam relung jiwaku. Bayangmu senantiasa hadir dalam kehidupanku, menggenggam tanganku erat untuk masuk kedalam duniamu. Semenjak itu aku merasakan bahwa kehidupanku memiliki arti. Walau ku tahu bahwa kita tidak bisa bersama, namun aku tahu bahwa aku ada disini  untukmu, dan engkau disana ada untukku…”

“…Meski mustahil mengharapkan engkau senantiasa ada disampingku, aku bisa bermain dengan anganku. Aku hanya perlu menutup mataku dan berpura-pura bahwa kau ada disampingku. Aku bisa melihatmu, menyentuhmu, merasakanmu seolah nyata. Namun ketika aku membuka kedua mataku, aku menyadari bahwa hal itu takkan sanggup menggantikan apa yang terpendam di dalam hatiku…”

“…Cinta, sebenarnya makhluk apakah dirimu? Setiap kali aku menyelami ke dasar diriku, disitu aku selalu menemukanmu. Engkau permainkan diriku dalam kemabukan tiada bertepi. Apakah engkau itu hanya khayalan belaka ataukah nyata? Aku mulai kabur dalam mempersepsikan dirimu, sehingga akupun mulai tak peduli di alam manakah aku berada. Namun aku berterima kasih atas semua makna yang engkau ajarkan padaku, maka tak perlu kau ragu jika engkau memang ingin tinggal didalam hatiku, agar suatu saat aku memiliki keberanian untuk mengatakan padanya… aku mencintaimu.”

……………………………………….

Tirai langit nan gelap menutupi angkasa raya, bertabur kejora berkelip riang menyemarakkan suasana. Di atas sana sang dewi purnama mengambang dengan keredupan sinarnya, seakan menyiratkan kerinduan mendalam akan sang kekasih yang dipisahkan darinya.

Para musisi malam mulai mendendangkan iramanya ke seluruh penjuru cakrawala, membuat rerumputan turut bergoyang mengikuti alunan melodi. Sang Ibunda bumi pun terlelap dalam belaian angin malam nan lembut.

Di salah satu teras pemukiman manusia, seorang gadis jelita menikmati keindahan panorama malam beserta iringannya. Dengan parasnya yang memukau, dia pandangi langit nan membisu, berpapasan muka dengan sang Purnama, mencoba menyelami kepiluan yang dirasakan sang Purnama yang dicekam kerinduan tiada berakhir.

“Irma, kenapa belum tidur?” Suara Ibunda membuyarkan lamunannya.

“Aku sedang menikmati malam dan merenungkan banyak hal, Ibu.” Jawab Irma lembut, “Aku merenungkan tentang kenapa Allah menciptakan paras menawan bagi kaum wanita sehingga kumbang-kumbang senantiasa datang, apakah kecantikan rupa merupakan anugrah dari-Nya? Ataukah justru sebagai bencana?”

“Bersyukurlah pada Allah, Irma. Kecantikan itu bisa menjadi anugrah atau bencana tergantung bagaimana kau menggunakannya,” Sang Ibunda mencoba memberikan jawaban yang dirasa dapat mengobati rasa penasaran putri kesayangannya.

“Tapi Ibu, aku berpikir, untuk siapakah kelak aku harus mempersembahkan kecantikan yang dititipkan Allah ini? Sedari kecil aku senantiasa membayangkan, seorang Pangeran berkuda putih akan datang menjemputku, lalu kamipun akan hidup bahagia untuk selamanya… selamanya… selamanya…” Irma menatap langit dan bernostalgia dengannya, “namun, begitu aku mulai dewasa aku semakin sadar bahwa dunia nyata tak seindah khayalan, sehingga seringkali aku tak ingin membuka mataku dan ingin selalu berada di alam mimpi yang indah.”

“Putriku, bukankah untuk bisa terbang ke angkasa kita butuh bermimpi? Maka tiada salahnya jika engkau menutup matamu untuk mengetahui keindahan di alam mimpi. Sehingga, begitu engkau membuka matamu, engkau memiliki gambaran tentang apa yang ingin kau capai dan mengejarnya.”

“Apakah Pangeran itu akan datang menjemputku, Ibu? Aku mulai merasa lelah berada dalam penantian yang tiada berujung.”

“Pangeran itu akan datang, Irma. Kelak ia akan menjemputmu dan membawamu kedalam kerajaannya. Namun, satu hal yang bisa kau lakukan sekarang adalah menantikannya. Hingga saat itu tiba, kau harus tetap menjaga keindahanmu, mutiara akan tetap berkilau jika ia senantiasa terjaga dan tak tersentuh. Kau tahu Irma? Untuk apakah Allah menciptakan paras menawan bagi wanita?”

“Karna wanita adalah perhiasan. Maka Allah menjadikan kecantikan wanita sebagai penghias bagi dunia.”

“Bukan, putriku. Kecantikan wanita itu bukan dimaksudkan sebagai penghias dunia. Namun, Allah menciptakan paras menawan bagi kaum wanita adalah agar mereka bisa mempersembahkannya hanya kepada manusia yang telah ditakdirkan untuknya. Jika engkau mempersembahkan kecantikanmu kepada setiap kumbang yang datang mendekat maka sinarmu akan pudar, sehingga Pangeran berkuda putih itu takkan bisa melihat kemilaumu dan diapun takkan pernah menemukanmu, lalu penantianmu akan sia-sia.”

Irma diam cukup lama dan merenungkan makna yang terkandung didalam perkataan Ibunya, wajahnya menengadah ke langit mencoba mencari jawaban. Sang Ibunda tersenyum lembut dan berlalu, meninggalkan Irma seorang diri, berharap Irma mendapatkan jawaban dari perenungannya.

Gelap semakin mencekam, namun kerlipan bintang semakin semarak menghiasi ufuk, menemani seorang bidadari dunia yang sedang terlarut dalam sepi. Irma memejamkan matanya dan menarik nafas panjang, dan lantunan puisi meluncur dari sela bibirnya.

“Duhai engkau yang berada jauh di alam khayalku. Disini kuberdiri, menatapi langit kelam mencekam ditelan kebisuan. Berharap agar engkau datang. Melepaskanku dari belenggu kehampaan. Wahai Pangeranku, aku disini. Kenapa? Karna aku menantikanmu. Rasa rindu telah merasuki denyut nadiku, menyatu dalam rasa sendu nan melingkup ke dalam kalbu…”

“…hilang akalku menapaki jalan kerinduan, seolah tiada berakhir. Namun, bagaimana kudapat hidup tanpa menantikanmu? Setiap kupejam mataku, bayangmu selalu hadir seiring desah nafasku, mencengkram hasratku dalam resah…”

“…wahai kasih, cepatlah datang sebelum sirna akalku ditelan kegilaan. Karna aku tercipta untukmu. Itulah sebab kutiada jemu nantikan dirimu. Karna kutahu engkau pasti kan datang saat mataku terbuka. Kupercaya khayalku pastikan jadi nyata. Karna senandung cinta telah merasuk kedalam suasana. Setelah itu aku takkan pernah merasa kesepian lagi, karna engkau telah masuk ke dalam hidupku. Kini aku disini menanti, untukmu. Dan aku tahu kau disana untuk diriku.”

…………………………………….

Mentari mulai menggeliatkan sinarnya, menerangi penghuni kolong langit yang telah larut dalam kesibukannya. Kemudian terus mengambang ke atas dan semakin terik. Cahayanya menghempas menelisiki permukaan. Hingga tembus kedalam sebuah ruang kelas di sebuah Kampus yang mulai ramai.

Beberapa  Mahasiswa dan Mahasiswi berkumpul membentuk komunitasnya sendiri dan sibuk dalam bincangan dan gurauan. Beberapa dari mereka sibuk membaca dan ada juga yang baru datang. Sementara Fuad asyik dengan dunianya sendiri, duduk termangu dalam lamunan.

Tiba-tiba beberapa Mahasiswa bergerombol mengarahkan pandangannya ke satu arah sambil berbisik-bisik, ada hal yang begitu istimewa untuk diperbincangkan kali ini. Banyak dari mereka tampak penasaran dan terkejut ketika melihat seorang Mahasiswi yang tampak asing bagi mereka mulai memasuki pintu kelas.

Fuad tertegun memandangnya, tampak seorang Mahasiswi dengan penampilan yang begitu lain dari yang lain. Rambutnya telah terbalut Jilbab yang cukup lebar, namun bukan hal itu yang membuat para Mahasiswa bertanya-tanya, karna Mahasiswi berjilbab adalah fenomena biasa, namun yang membuatnya tampak begitu luar biasa adalah karna wajah Mahasiswi itu tidak tampak jelas karna terbalut cadar, hanya matanya saja yang nampak.

Mahasiswi itu berjalan dengan anggun dan duduk di bangku yang biasa diduduki oleh Mahasiswi jelita bernama Irma. Lalu tahulah para Mahasiswa di situ bahwa yang ada dihadapannya adalah benar Irma, primadona Kampus yang sangat populer.

Fuad dan para Mahasiswa disitu hanya bisa membelalakkan mata tak percaya. Wajah cantik yang biasa dengan mudah mereka nikmati kini telah terbungkus rapat. Beberapa dari mereka tampak kecewa dengan perubahan penampilan pujaan hati mereka.

Irma duduk dengan tenang tanpa menghiraukan tatapan orang-orang disekitarnya, dia telah merenungkannya semalaman dan memutuskan bahwa yang dia lakukan adalah hal yang tepat. Kini kecantikannya telah terjaga dari pandangan liar ular-ular berbisa.

Saat para Mahasiswa sedang tertegun dengan pemandangan baru yang ada dihadapannya, sang dosen telah masuk kedalam kelas sehingga merekapun duduk dibangku masing-masing. Buku-buku diletakkan di atas meja dan dosenpun memulai kuliahnya.

“Irma Putri Lestari?” tiba-tiba dosen itu mengarahkan pandangannya ke Irma dengan kening berkerut penuh tanya, “apa yang mendorongmu berpenampilan seperti itu?”

Irma tersenyum di balik cadarnya dan berkata, “saya hanya menjaga cahaya ini agar tidak redup, hingga tiba saatnya nanti saya persembahkan kepada manusia istimewa yang akan menjadi bagian dari takdir saya. Apakah ada yang salah?”

Dosen itu menggelengkan kepala perlahan, “tidak, tidak ada apa-apa. Aku hanya merasa aneh saja. Terserah padamu mau berpenampilan seperti apa, asalkan baik dan sopan.”

Beberapa Mahasiswa laki-laki hanya bisa pasrah tatkala menyadari bahwa mulai hari ini mereka tidak bisa lagi mencuri-curi pandang untuk melihat kecantikan primadona Kampus berparas ayu itu. Sementara Fuad berkelana didalam diri, mencoba mencari jawaban yang dapat memuaskan seribu tanya dalam hatinya.

Sang dosen kembali memulai pelajarannya sementara Irma hanya diam membisu dicekam berbagai rasa cemas dan gelisah yang tiba-tiba merasuk kedalam dirinya. Pikirannya berkecamuk tidak menentu karna belum terbiasa mengenakan pakaian seperti itu. Apalagi ini pertama kalinya ada seorang Mahasiswi yang berani mengenakan cadar, mungkin hanya dia saja satu-satunya di Kampusnya. Wajar saja jika khawatir yang tak masuk akal didalam dirinya sempat menjejali pikirannya.

“Meski dengan penampilan seperti itu, kau masih tampak mempesona, Irma.” Vivi yang duduk di dekatnya berkomentar. Irma hanya tersenyum menanggapinya. Senyuman di bibirnya memang tak nampak oleh Vivi, namun Vivi bisa melihat senyuman melalui sorot matanya sehingga Vivipun membalas senyumannya.

Tanpa tahu kenapa, Irma menoleh kebelakang. Ia memandang  Fuad, seorang pemuda pendiam yang dikenal lembut dan sopan itu secara sekilas lalu menjadi salah tingkah dan secepatnya kembali memalingkan pandangan darinya.

“Ada apa denganku?” Irma berbisik kepada dirinya seolah merasa bersalah, “kenapa aku terdorong untuk sekedar memperhatikan apa yang dia lakukan? Kenapa aku ingin tahu apa yang ada didalam pikirannya jika aku berpenampilan seperti ini?”

Jantung Irma berdetak tak beraturan tatkala pikirannya melayang tak tentu arah. Ia berusaha menyingkirkan berbagai pikiran dikepalanya dan sekuat tenaga berusaha untuk tak menoleh kebelakang. Tapi tanpa sadar kepalanya menoleh lagi untuk sekedar mengetahui apa yang sedang Fuad kerjakan, lalu dengan seketika dia palingkan wajahnya lagi.

“Maafkan aku ya Robbi. Meskipun aku berusaha menghijab tubuhku, tapi aku masih butuh waktu untuk bisa menghijab hatiku.” Bisik Irma pada dirinya sendiri, dia benar-benar tidak bisa berkonsentrasi dengan pelajaran yang diterangkan sang dosen.

Di sudut belakang, Fuad menghela nafas berkali-kali, mencoba menenangkan beragam emosi didalam hatinya. Sesekali ia pandangi Irma yang telah berpakaian sangat terjaga itu dan merenung lama lalu kembali memalingkan pandangan darinya.

“Ya Robbi, kenapa aku begitu kecewa?” gumam Fuad didalam hatinya, “jika cinta itu adalah keikhlasan, kenapa terkadang aku sedikit berharap padanya? Apakah aku menjadi egois jika menganggap bahwa cinta adalah pengharapan untuk mendapatkannya?”

Sang waktu menunaikan tugasnya hingga mata kuliahpun usai. Beberapa Mahasiswa dan Mahasiswi berhamburan keluar. Ada yang langsung menuju Kantin, sekedar jalan-jalan dan ada juga yang tetap tinggal di ruangan sambil asyik berbincang.

Irma memutuskan untuk pergi ke Masjid demi menenangkan pikirannya. Vivi dan Zahra, sahabat baiknya mengikutinya. Mereka berjalan beriringan sambil sesekali bercanda. Zahra yang selama ini sudah terbiasa mengenakan jilbab berkali-kali memuji keberanian Irma.

Irma hanya tersenyum dan menanggapi pujian Zahra, “Jika setiap hari kau selalu mendapati tatapan liar dari para pria yang menikmati keindahan parasmu, mungkin kau juga akan sedikit merasa muak, sehingga kau akan berharap, andai saja dirimu tidak cantik,” jawab Irma.

Zahra memahami perkataan sahabat baiknya itu. Memang tidak mudah hidup dengan memiliki paras mempesona, karna hal itu bisa mengundang banyak kumbang datang mendekat yang nantinya juga akan melahirkan beragam masalah. Mungkin karna itulah, kecantikan bisa menjadi bencana.

Sementara itu, Fuad duduk termangu di Perpustakaan. Pikirannya mengelana mencoba pahami beragam kalimat yang tertulis di buku yang sedang ia baca. Karna terlalu terbiusnya dengan buku yang dia baca, ia tidak menyadari bahwa Rosyid sudah duduk di dekatnya.

“Fuad, rajin amat kau ini,” komentar Rosyid membuyarkan konsentrasinya.

“Oh, kau Rosyid. Tumben ke Perpus. Tidak ke kantin sama teman-temanmu itu?”

“Malas ah, aku sedang menghemat uang jajan." Jawab Rosyid, “Eh, Fuad, buku apa yang kau baca? Tampaknya menikmati sekali.”

Fuad menunjukkan sampul bukunya.

“Hah?? Hijab? Bukankah itu buku untuk wanita. Kenapa tiba-tiba kau merasa tertarik membacanya?”

“Entahlah, tiba-tiba ada dorongan untuk membacanya.”

“Apakah ini berhubungan dengan Irma yang memutuskan untuk berjilbab, bahkan bercadar?”

Fuad diam membisu tak menanggapi pertanyaan kawannya itu dan malah tenggelam dalam pikirannya.

“Sudahlah Fuad, aku tahu kau bukan sekedar mengaguminya, tapi kau mencintainya. Betul kan?”

“Mencintainya? Hahaha… kalau benar aku mencintainya, lalu apa yang bisa kulakukan? Bukankah cinta itu tidak harus memiliki? Bukankah dengan melihatnya bahagia aku seharusnya juga akan bahagia?”

“Tapi bagaimana kau tahu bahwa dia bahagia? Bahkan bisa dibilang munafik jika dengan melihatnya bahagia kaupun akan bahagia. Apakah kau akan bahagia jika suatu ketika seorang lelaki datang kepadanya untuk memilikinya? Bukankah akan lebih baik jika kau sendiri yang berusaha membuatnya bahagia? Kenapa tidak kau saja yang mendatanginya dan mengungkapkan isi hatimu agar kau tidak terus menerus dipermainkan perasaanmu? Jikapun ia tidak bisa menerimamu, setidaknya kau sudah mencoba. Dan setelah itu kau bisa memulai kehidupanmu sendiri dan melupakannya.”

“Apakah menurutmu akan semudah itu? Hanya butuh satu menit bagiku untuk naksir padanya, hanya butuh satu jam bagiku untuk mulai mengenalnya, hanya butuh satu hari bagiku untuk jatuh cinta padanya, namun butuh waktu selamanya bagiku untuk melupakannya. Dan aku tak tahu apa aku bisa melupakannya.”

“Fuad, kau ini seorang pria, bukan wanita. Pria itu mencari, bukan dicari. Kaum wanita itu hidup dalam penantian, sedangkan kau bisa memilih. Lalu apakah kau akan diam sendiri mencari jawaban yang tak kunjung datang? Jika bukan kau yang memulai lalu siapa lagi?”

Fuad diam mendengarkan, pikirannya berlarian mencari makna dan coba memahaminya. Sejenak ia menghela nafas dan akhirnya mengangguk tanda mengerti, “kau seperti ayahku, Rosyid. Tapi mungkin memang kalian benar. Jika aku tidak mencoba, maka aku hanya akan semakin menyiksa diriku sendiri.”

Rosyid hanya tersenyum.

“Baiklah aku akan mencoba, karna aku adalah seorang lelaki. Terima kasih atas nasehatnya, kawan.” Fuad mulai berdiri dan keluar dari Perpustakaan.

Irma sedang khusyu’ menunaikan sembahyang dhuha, cadar  ia buka sehingga nampaklah keelokan parasnya. Sujud ia panjangkan, dan keluarlah lantunan do’a dari mulutnya.

“Ya Allah, kuhijab diriku dari kaum lelaki demi menjaga cahayanya agar tetap berkilau. Namun maafkan aku jika hatiku belum sanggup untuk bisa menahan kerinduan ini. Aku tak tahu siapakah pemilik hatiku yang Engkau takdirkan bagi diriku, namun kumemohon agar dia segera datang menjemputku. Karna aku tak kuasa menahan keresahan yang terus bersemayam ke dalam kalbu. Ya Robbi, kuharamkan kaum adam menikmati pesona yang Engkau titipkan padaku hanya demi menjaga kecemburuannya. Namun, keberadaannya kini hanya sekedar bayang khayalan. Meski aku terus berusaha untuk tetap percaya sepenuhnya akan janji-Mu namun aku hanyalah manusia lemah yang tak sanggup untuk terus menahan gelora yang bergemuruh didalam jiwa. Maka beri aku kesabaran untuk menantikannya. Karna aku yakin suatu saat dia akan datang. Dan aku percaya, kelak khayalku kan jadi nyata.”

Ketiga Mahasiswi itu usai menunaikan penghambaannya kepada Pemilik semesta, Irma kembali mengenakan cadarnya dan mereka pun keluar dari masjid menuju kelas. Tanpa mereka sadari, seorang pemuda telah menunggu mereka di balik sebuah pohon.

“Kenapa aku bisa senekad ini?” gumam Fuad pada dirinya sendiri, jantungnya semakin berdetak tak karuan tatkala menyadari Irma berjalan semakin mendekati pohon tempatnya berada, “aku harus berani menanggung konsekuensinya, jika aku tak berani mengutarakannya sekarang maka tak pantas bagiku mengaku sebagai seorang lelaki sejati.”

Fuad menarik nafas dalam-dalam dan mengumpulkan seluruh keberaniannya, lalu diapun muncul dari balik pohon menyambut Irma. Ketiga Mahasiswi itu terkejut dengan kemunculan Fuad yang begitu tiba-tiba, terlebih lagi Irma.

Pemuda pendiam yang biasanya menyendiri itu kini berhadapan muka dengan Primadona Kampus yang selama ini dia dengungkan dalam mimpinya.

“Irma, boleh aku bicara sebentar denganmu?” kata Fuad sambil berusaha bersikap tenang meski didalam dirinya berbagai emosi bergejolak tak karuan.

“Ada urusan apa denganku?” Jawab Irma mencoba bersikap tenang untuk menutupi desiran hangat didalam hatinya. Degup jantungnyapun mulai berdetak cepat kehilangan irama.

Dua mata saling berpandang dan dua hatipun bergejolak, melodi tanpa suara mengiring ibarat hembusan angin musim semi yang membawa keharuman seribu mawar nan merekah. Dua hati saling merindu kini telah bertemu. Namun, Irma segera menepis bisikan jahat di dalam hatinya dan langsung memalingkan wajah sebelum Dewi Asmara melontarkan panahnya.

“Bolehkah aku bicara denganmu, hanya berdua saja? Ada hal penting yang ingin kusampaikan.” Kata Fuad lebih mantap. Sikap Fuad membuat ketiga Mahasiswi itu terperanjat, tidak biasanya Fuad begini berani. Padahal biasanya dia begitu pendiam dan sangat pemalu jika berhadapan dengan wanita.

“Tidak !!” Jawab Zahra seolah mewakili perkataan Irma.

“Aku tidak berbicara denganmu, Zahra.” Komentar Fuad.

“Zahra benar, aku tidak bisa menuruti keinginanmu. Jika ada yang ingin kau sampaikan, maka sampaikanlah sekarang juga atau tidak sama sekali.” Jawab Irma tegas.

Fuad hanya diam tak berkutik lalu kembali berusaha, “hanya sepuluh menit, Irma. Kenapa kau tidak mau meluangkan waktu sebentar untukku? Sebentar saja.”

“Karna tidaklah seorang wanita berduaan dengan seorang pria, melainkan syetan menjadi pihak ketiganya.” Jawaban Irma membuat Fuad terkejut, ia ingat kalimat itu sama persis dengan yang ada didalam buku yang baru saja dia baca.

“Baiklah kalau begitu. Aku akan mengatakannya disini.” Fuad menatap mata Irma, namun Irma langsung menundukkan pandangannya.

“Sebaiknya cepat katakan apa urusanmu.”

“Irma, sejak pertama kali aku mengenalmu. Saat itu ada perasaan aneh yang tiba-tiba mengguncang kehidupanku. Aku tidak mengerti perasaan ma…”

“Tolong, katakanlah seperlunya saja tanpa perlu memperpanjangnya.” Irma langsung memotong, perasaannya mulai berkecamuk tak karuan.

Fuad tercekat, dia bingung harus bagaimana. Seluruh keberanian yang dia kumpulkan luluh sudah. Dia mencoba mengumpulkan keberaniannya kembali namun sia-sia, dia hanya bisa diam membisu menundukkan pandangannya ketanah.

“Jika tak ada yang mau dibicarakan, kami bertiga mau pergi. ” Irma mulai beranjak dan memberi isyarat kepada dua sahabatnya, merekapun mulai meninggalkan Fuad.

Sekilas, Irma menatap Fuad dan membatin kedalam dirinya, “maafkan aku Fuad, aku tahu bahwa kau adalah seorang pria lembut dan baik hati. Sebenarnya aku tak ingin menyakiti perasaanmu.” Irma menghela nafas panjang dan mulai berjalan beriringan bersama dua sahabatnya.

“Irma !!” tiba-tiba Fuad memanggil sehingga Irma menghentikan langkahnya dan berbalik kebelakang. Fuad berdiri memandangnya dan berkata dengan seluruh keberanian yang berhasil dia kumpulkan.

“Irma…” suara Fuad bergetar,” aku… mencintaimu.”

DEGG !!!

Jantung Irma seakan diremas, darahnya bergolak menyisiri denyut nadinya. Emosinya berkumpul jadi satu dan bergulat di dalam diri hingga akhirnya hembusan dingin menjalar di permukaan kulitnya. Irma diam membeku dengan mata terbelalak tak percaya. Pertahanan dirinya mulai kikis bersama sinar mata yang mulai lembab. Jendela hatinya mulai terbuka bersama kerinduan yang terlampiaskan. Namun akal sehat mencoba berontak dan mengendalikan suasana.

Dua sahabat Irma saling berpandangan seolah tak percaya Fuad bisa senekad itu, lalu merekapun menatap Irma, menunggu jawaban yang bakal keluar dari mulutnya.

Irma memejamkan matanya menahan rasa sakit yang teramat menyiksa. Bibirnya bergetar, nafasnya tak beraturan. Rasa senang dan sakit bergejolak menjadi semacam emosi yang tak tergambarkan.

Lalu Irma menghirup nafasnya dalam dan berkata, “Maaf Fuad, berhetilah mengharapkanku, karna aku bukan milikmu. Hanya tiga patah kata yang kau ucapkan, namun kau telah menghancurkan kehidupanku. Aku hanya wanita yang tak kuasa mengikis emosi yang terlanjur membenam didalam diri, maka jangan kau siksa aku dalam khayalan yang tak pasti.  Kau bukanlah Pangeran yang selama ini kunanti untuk menjemput diriku yang dilanda kerinduan tiada bertepi. Kau hanya seekor kumbang yang datang dan mengotori hatiku untuk memuaskan hasratmu. Keberadaanmu hanya akan membuat Pangeran impianku pergi meninggalkanku. Karna itu, sebagaimana kau belajar untuk mencintaiku, maka kini belajarlah untuk melupakanku.”

Remuk redam hati Fuad mendengarnya, ibarat gelas yang jatuh di bebatuan. Seolah bumi dilanda Kiamat, seolah mentari telah padam dan langit telah pecah. Semangatnya melebur tersapu angin. Harapannya telah larut bagai garam di dalam air. Fuad mematung tak berdaya, matanya berkaca-kaca, seakan sembilu telah membelah jantungnya dan mengiris paru-parunya. Duniapun kini mulai kehilangan arti.

Irma memalingkan wajahnya dari Fuad dan berjalan bersama kedua sahabatnya meninggalkan Fuad. Rasa bersalah membayangi. Seketika itu mulutnya tercekat dan nafasnya tersendat. Irma sesenggukan menahan perih, sementara kedua sahabatnya hanya bisa menatap prihatin. “Maafkan aku Fuad, ini demi kebaikanmu. Kau harus memikirkan banyak hal yang lebih berarti daripada memikirkanku yang hanya akan menyisakan beragam rasa perih dalam hatimu.” Batin Irma dalam hati.

…………………………………….

Satu Minggu berlalu. Suasana Kampus ramai seperti biasa, namun ada satu hal yang berbeda, bangku yang biasa diduduki Fuad selama ini kosong. Tentunya hal ini membuat Irma semakin tersiksa dan merasa bahwa ini adalah kesalahannya. Namun disisi lain, suara hatinya membela diri karna merasa telah melakukan yang terbaik. Kini setiap Irma menoleh kebelakang, dia tidak lagi mendapati wajah Fuad yang biasa asyik dalam lamunannya.

“Fuad, ada apa denganmu?” batin Irma, “tahukah engkau apa yang sebenarnya telah tumbuh di kegelapan palung hatiku yang curam? Ku tiada mengerti rasa apa ini. Namun keberadaanmu telah menjadi candu bagi kehidupanku. Setiap kali kupalingkan wajahku untuk mencuri pandang padamu, kutiada mendapati dirimu di tempatmu. Sungguh sejak itu aku semakin tersiksa oleh rasa sesal tiada tara, meski kutahu bukan kesalahan yang kuperbuat, namun tetap saja rasa ini kian menggerogoti. Kucoba pejamkan mataku lupakan dirimu, namun setiap kali mataku tertutup, bayangmu semakin kuat melintas dibenakku.”

Kegarangan sinar mentari mulai meredup seiring berlalunya waktu dan sorepun datang. Kuliah usai dan saat bidadari Kampus itu melangkahkan kaki keluar Kampus, tiba-tiba HPnya berbunyi mengejutkannya.

“Irma cepatlah pulang, ada hal penting.” Begitu pesan singkat dari SMS yang dikirimkan ayahnya di rumah, keningnya berkerut bersama beragam tanya yang bermunculan dalam dirinya.

Irma pun bergegas dan segera mencegat Angkot didepannnya. Angkotpun melaju membawanya. Sementara ribuan tanya masih juga melingkupi batinnya, membuatnya semakin tak sabar untuk cepat pulang.

Sesampainya di kediaman, sang Ibunda datang menyambutnya, membuat rasa penasaran dalam dirinya semakin menguat, ada apa sebenarnya? Ketika sang Ibunda membawanya masuk, Irma dikejutkan oleh sosok yang sedang duduk di ruang tamu, aliran darahnya bergejolak dan memuncak ke kepalanya.

“Fuad, ada apa kau mendatangi rumahku? Bukankah aku sudah mengatakan bahwa kau harus berusaha melupakanku? Keberadaanku hanya akan menjadi penyesalan bagi dirimu.” Kata Irma spontan.
Fuad hanya memandangnya sambil tersenyum, dia tampak begitu berbeda. Wajahnya tampak berbinar cerah bersama rasa percaya diri yang telah menguat dalam dirinya, “Irma, aku mencintaimu.”

“Bukankah aku sudah memberi jawaban?”

“Aku bisa melakukan lebih dari sekedar mengatakan bahwa aku mencintaimu.”

Irma diam membisu, menunggu apa yang akan di ucapkan oleh Fuad dengan gelisah.

“Irma, aku mencintaimu dan aku ingin memilikimu,” kata Fuad sangat mantap, “maukah kau menikah denganku?”

Seluruh aliran darah di tubuh Irma seolah berhenti, udarapun membisu. Tiba-tiba nuansa hangat melingkupi, bersama semerbak taburan bunga nan mewangi. Kegelapan melebur bersama datangnya cahaya. Segala resah, gelisah berpadu dan sirna. Suatu rasa menggelegak bersama datangnya senyuman terukir, penantian berakhir sudah berganti pertemuan yang telah lama didamba.

Hanya untuk sebuah kalimat inilah, Irma rela menanti dan menghadapi malam demi malam dalam keadaan tersiksa dalam kerinduan yang senantiasa menyesak ke rongga dada. Namun kini sang Pangeran telah datang dan membuktikan apa yang selama ini Irma yakini. Tanpa harus menutup mata semua telah nampak indah, karna impian telah menjadi nyata.

“Fu… Fuad… ka… kau serius dengan apa kau ucapkan?” Tanya Irma mencoba meyakinkan diri.

“Tentu saja Irma, aku sangat serius. Aku datang untuk menjemputmu. Aku telah membuat keputusan yang takkan pernah aku ragukan lagi. Aku membatalkan rencanaku untuk melanjutkan Kuliah di Jepang karna aku tahu cita-cita terbesarku ada di depan mataku sehingga aku tak perlu lagi mencarinya.” Fuad tersenyum, kedua matanya memandangi Irma lekat, “Irma, apakah kau mau menerimaku?”

Irma membuka cadarnya, menampilkan pesona gadis belia berparas menawan. Dengan lembut ia pandangi Fuad, sinar matanya yang redup ibarat purnama memberi aroma kesejukan yang mendinginkan suasana hati yang terbakar. Seutas senyum terukir, menambah nilai keelokannya. Tanpa ragu dia berkata, “aku menerimamu, Fuad. Dengan segenap hati.”

“Allaahu akbar !!! akhirnya,” Fuad mengepalkan tangannya dengan semangat membuncah, senyum lebar tak tertahankan menambah binar kebahagiaan di wajahnya, “Baiklah Irma, besok aku akan mengambil tabunganku yang selama ini aku kumpulkan, dan kita berdua akan membangun kerajaan kecil kita. Aku juga akan berhenti Kuliah dan mulai bekerja. Dua hari lagi Irma, kita akan langsungkan pernikahan.”

Irma membelalakkan matanya, “Dua hari?”

“Lebih cepat lebih baik, semakin lama ditunda hanya akan menimbulkan fitnah.” Tiba-tiba suara ayah Irma terdengar dari belakang Irma, disampingnya berdiri ayah Fuad. Sementara Ibunda Irma tersenyum puas seolah turut merasakan kebahagiaan putrinya.

Irma tak kuasa menahan ledakan emosinya, ia jatuh ke pelukan Ibunya dan menangis, derai airmata kebahagiaan membasahi pipinya. Sementara yang lain memandangi penuh haru dengan senyum mengukir bibir.

Waktu berlalu begitu cepat, dua haripun berlalu. Tenda biru telah terpasang di halaman rumah Irma, sementara para undangan telah duduk di kursinya masing-masing, kebanyakan dari mereka adalah teman-teman Irma dan Fuad, baik itu teman Kuliah, teman bercanda, atau teman di masa lalu, sisanya adalah tokoh masyarakat dan warga sekitar.

Akad dilaksanakan. Semua telinga mendengar dengan seksama. Manusia, Jin dan para Malaikat menjadi saksi ikrar yang di ucapkan dalam sebuah mitsaqan ghaliza*, sebuah ikatan suci yang menyatukan dua insan dalam janji setia yang diridloi oleh Yang Maharahman. Sayup-sayup terdengar suara Fuad dari dalam rumah dengan suara mantap penuh percaya diri, “waidza qobiltu nikahaha wa tajwijaha inni kuntu minadhdholim.”


*) Perjanjian yang teguh. Kalimat ini ditemukan dalam al-Qur’an sebanyak 3 kali. Pertama, ketika Allah mengambil perjanjian dari para Nabi pilihan. Kedua, ketika Allah mengambil perjanjian dari Bani Israel dengan mengangkat bukit Thursina di atas kepala mereka. Ketiga, ketika Allah mengambil perjanjian dari dua pasangan yang hendak melangsungkan pernikahan.



Magelang, 12 November 2010

 
biz.