Thursday 13 October 2016

Si Pelit dan Ahli Ibadah



Di zaman nabi isa as, hidup seorang yang amat kaya. Namun masyarakat sekitarnya lebih mengenalnya dengan si pelit. Kepelitannya tersebar hingga kemana-mana. Menjamu tamu atau memberikan pinjaman hutang pada kerabat sama sekali tidak pernah masuk dalam kamus perbendaharaan katanya. Si pelit benar-benar hanya memikirkan dirinya sendiri, bahkan dalam membeli barang sekalipun jangankan memberi tips, malahan dia akan menawar harga serendah-rendahnya. Sehingga walaupun dia kaya raya namun sama sekali tidak memberikan manfaat bagi sekitarnya.

Pada suatu ketika terdengar kabar bahwa agama yang dibawa nabi isa as sedang diperangi. Seorang pemuda dengan semangat jihad membara begitu bersemangat ingin ikut membela agamanya. Namun apalah daya, dia benar-benar miskin. Jangankan sebilah pedang untuk berperang, untuk makan sehari-hari saja dia begitu kesulitan. Namun kerinduannya untuk berjihad di jalan Allah tidak mematahkan semangatnya sehingga dia bertekad akan berusaha segala cara untuk mendapatkan pedang. Tak kenal lelah pemuda itupun mencoba mendatangi dari rumah ke rumah untuk mendapatkan pedang namun hanya tangan hampa yang didapatkannya.

Akhirnya si pemuda pun teringat dengan si pelit yang kaya raya. Meskipun dia paham betul watak si pelit namun itu tidak menggoyahkan niat si pemuda untuk mendatangi rumah si pelit. Begitu mendatangi rumah si pelit jangankan mendapat pinjaman pedang bahkan seteguk air-pun tidak. Tak peduli sekeras apapun si pemuda memohon dan mencoba, si pelit tidak bergeming dengan keputusannya untuk tidak meminjamkan apapun pada si pemuda. Akhirnya si pemuda pun putus asa dan meninggalkan rumah si pelit.

Sudah agak jauh si pemuda berjalan tiba-tiba dari arah belakang dia melihat seseorang berlari dengan tergopoh-gopoh dan memanggil-manggilnya. Si pemuda pun menghampirinya dan tak disangka bahwa ternyata dia adalah si pelit yang tadi dia datangi. Rupanya Allah membukakan hati si pelit sehingga si pelit mau men-sedekah-kan sebilah pedang untuk si pemuda. Betapa gembiranya si pemuda karna pada akhirnya dia bisa memenuhi impiannya untuk berjihad. Tak henti-hentinya si pemuda berterima kasih pada si pelit dan akhirnya si pemuda pun bersegera bergabung dengan pasukan nabi isa as.

Si pemuda pun tak henti-hentinya menceritakan kebaikan si pelit dan hal itu terdengar oleh nabi isa as dan seorang ahli ibadah (abid) yang dikenal sholeh. Nabi Isa as begitu tertarik mendengar penuturan si pemuda, meski begitu si abid hanya bersikap sinis, baginya si pemuda terlalu berlebihan menggembar-gemborkan kebaikan seseorang yang hanya bersedekah pedang. Nabi Isa as pun meminta si pemuda mengantarkannya langsung ke tempat si pelit, si abid yang penasaran pun ikut serta.

Si pelit masih berada di rumahnya ketika Nabi isa as beserta si pemuda dan si abid mendatanginya. Melihat kedatangan seorang Nabi di rumahnya betapa salah tingkahnya si pelit. Karna rasa hormatnya pada Nabi Isa, si pelit-pun memperlakukan mereka sebaik mungkin bahkan si pelit tidak ragu untuk menjamu mereka dengan jamuan terbaik. Si pelit menjabat tangan si pemuda dan Nabi Isa, namun ketika hendak berjabat tangan dengan si abid, si abid menolaknya karna si abid tidak ingin tangannya terkotori oleh pendosa. Si pelit tidak tersinggung dengan sikap sinis si abid.

Tiba-tiba Nabi Isa as diam dengan khusyu, nampaknya beliau baru saja menerima wahyu dari Malaikat Jibril. Kemudian Nabi Isa as pun berkata, "wahai si pelit, sesungguhnya Allah terkesan denganmu. Tak hanya mensedekahkan pedang untuk si pemuda tapi kamu juga memperlakukan kami dan menjamu kami dengan sebaik-baiknya. Sebab itu Allah memberikan kabar gembira padamu bahwa kelak kamu akan menjadi tetangga si abid di sorga."

Betapa suka citanya si pelit mendengar kabar gembira tersebut, tak henti-hentinya dia bertakbir memuji Allah atas karunia-Nya. Lain halnya dengan si abid, nampaknya dia tidak terima dengan keputusan Allah, "aku telah beribadah kepada Allah dan beramal sholeh sepanjang waktu, bagaimana mungkin aku disejajarkan dengan orang pelit yang hanya bersedekah pedang? Aku tidak sudi bertetangga dengan si pelit." Wajah si abid begitu merah menahan rasa dongkol, baginya keputusan tersebut tidaklah adil, dia lupa bahwa sesungguhnya Allah Maha Adil.

Nabi Isa as pun tiba-tiba terdiam dengan khusyu nampaknya Malaikat Jibril baru menyampaikan wahyu pada beliau. Si abid mengira bahwa Allah mendengar keluhannya. Kemudian Nabi Isa as pun menyampaikan apa yang baru saja diterimanya, "Allah tidak suka dengan kesombongan si abid, sebab itu seperti yang dia minta bahwa dia takkan bertetangga dengan si pelit. Si abid akan dimasukkan ke dalam neraka dan si pelit tidak berubah, dia ditempatkan di surga sebagaimana telah ditentukan."

winapurwokoadi.blogspot.com

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 comments:

Post a Comment

 
biz.