Purworejo sebenarnya
bukan Kota yang asing ditelingaku, sedari kecil aku sudah terbiasa mendengar nama
Purworejo. Tentu saja, karna Purworejo adalah tetangga dekat Magelang, bus-bus
kecil bertuliskan Magelang–Purworejo banyak berseliweran di Magelang.
Namun,
meski aku sudah familiar dengan nama Purworejo, kemarin adalah pertama kalinya aku
mengunjungi Purworejo. Biasanya sih hanya sekedar lewat saja ketika hendak pergi
keluar kota. Misalnya saja aku ingin pergi ke luar Kota menggunakan
kereta api aku akan mampir ke Purworejo dulu karna Magelang belum memiliki
Stasiun Kereta Api.
Minggu kemarin,
aku bersama teman-teman Organisasi bersilaturahim kerumah salah satu anggota
yang kebetulan bertempat tinggal di Purworejo sekaligus mengadakan tour Wisata
di Kota tersebut. Ini agenda tahunan di Organisasi, selain acara rutin tiap minggunya
yang biasa diisi dengan diskusi.
Tempat tujuan
pertama kami adalah Curug Muncar. Curug Muncar terletak di Kecamatan Bruno,
Purworejo. Kami mengira tersesat karna sempat masuk ke daerah Wonosobo. Setelah
bertanya pada warga sekitar ternyata kami tidak tersesat. Memang jalurnya demikian,
kami harus melintasi Wonosobo terlebih dulu untuk kemudian kembali ke Purworejo.
Dibutuhkan waktu
2 Jam dari Magelang sampai di area Curug Muncar. Mobilpun di parkir di sebuah lapangan,
kalo memakai motor bisa parkir lebih ke atas lagi.Setelah itu kami masih harus mendaki
sekitar 2 Km untuk mencapai Curug. Tidak sulit mencari letak dimana Curug berada,
kami hanya perlu mengikuti aliran air.
Setelah lebih
1 Km kami berhenti disebuah tebing batu untuk istirahat. Sayangnya tebing batu tersebut
sudah dicorat-coret. Setelah itu kami melanjutkan pendakian dan sampailah ke Curug
Muncar.
Curug Muncar
adalah sebuah air terjun dengan ketinggian sekitar 30-40 meter.Letaknya di
ketinggian. Batu-batu besar berserakan disekitar Curug. Untuk mencapai air
terjun tidak bisa dibilang mudah. Selain itu, Karna curug tersebut berada di
ketinggian, maka airnya akan menciprat kemana-mana, jadi area Curug Muncar bisa
dibilang sebagai area basah, sehingga kita harus memiliki baju ganti jika mengunjungi
tempat itu.
Meski memiliki
pemandangan yang indah, tapi mengabadikan Curug Muncar bukan hal mudah. Seperti
yang sudah kubilang sebelumnya, Curug Muncar
adalah area basah. Membawa kamera di dekat air terjun menyebabkan kamera akan basah kuyup.
Meskipun kamera tersebut anti air, mengabadikannya tidak mudah karna lensa kamera
akan tergenang air sehingga gambar yang diambil akan buram. Jika ingin mengambil
gambar memang harus menjauh dari area basah, itu berarti memang sulit untuk mendapatkan
view yang bagus.
Aku tidak
bisa berlama-lama berada di dekat Curug karna bajuku sudah basah kuyup dan aku
mulai menggigil kedinginan. Akupun turun ke area kering dan ganti baju. Setelah
puas berfoto-foto kamipun melanjutkan perjalanan ke rumah salah satu anggota.
Di rumahnya kami istirahat sejenak dan beramah-tamah dengan keluarganya. Keluarga
temanku tersebut sangat ramah, kami disuguhi beraneka ragam hidangan. Ada satu jenis
jajanan yang sangat unik, namanya Clorot. Clorot terbuat dari ketan dan gula
Jawa, mungkin masih ada tambahan lain. Yang membuatnya unik adalah bungkusnya.
Clorot dibungkus dengan janur yang rangkai sedemikian rupa. Pada mulanya aku
kerepotan membuka bungkusnya. Ternyata bungkusnya tidak perlu dilepas. Kami
hanya perlu mendorongnya dari belakang.
Usai
menunaikan Sholat Dzuhur Ashar yang di jamak dan di qashar, kamipun berpamitan
dan melanjutkan perjalanan ke Pantai Jatimalang. Perjalanan ke Jatimalang
melewati jalan besar dan lapang sehingga lebih cepat. Tidak sampai 1 jam kami
telah sampai ke Pantai.
Kami
disambut udara pantai yang panas. Ketika memasuki Jatimalang kami melewati
loket pembayaran yang tidak dijaga. Salah seorang teman menjelaskan bahwa saat itu kita bisa
masuk Pantai dengan gratis karna masyarakat sekitar menghendakinya demikian.
Sebelumnya
loket pembayaran akan masuk ke kas Kota, tapi berhubung Pemerintah Purworejo
menghapus aliran dana ke Jatimalang untuk tahun itu maka warga sekitar protes
dengan cara menggratiskan biaya masuk ke Pantai Jatimalang. Karna itulah Pantai
Jatimalang jadi lebih ramai dari hari biasanya dan itu menjadi keuntungan
tersendiri bagi para pedagang.
Di
sepanjang pantai kita bisa dengan mudah menemukan lapak dagangan. Selain itu
ada beberapa Kolam renang kecil buat anak-anak dan tambak ikan. Nampak pula beberapa
kapal Nelayan yang sedang ditambatkan.
Pantai
Jatimalang memiliki ombak yang tidak begitu besar tapi juga tidak begitu kecil.
Pantai tersebut juga cukup bersih dari sampah sehingga cukup mengasyikkan jika
ingin mencebur ke dalamnya. Setelah menghabiskan waktu sekitar 1 jam, kamipun
bersantai sejenak menikmati Nasi Pecel. Kemudian kamipun melanjutkan perjalanan
pulang ke Kota Magelang.
0 comments:
Post a Comment