Friday 22 January 2016

Islam dan Perang







Obrolan Petang kali ini aku akan mengangkat satu topik agak sensitif yaitu hubungan antara ajaran Islam dengan peperangan. Dewasa ini, banyak sekali orang mengkaitkan ajaran Islam dengan perang. Saya sendiri selaku penganut Islam menjadi sedikit tersinggung karnanya. Hanya karna 1-2 orang yang mengaku beragama Islam melakukan tindak terror kemudian seluruh umat Islam di dunia dianggap teroris.

Memang benar, Islam pernah melakukan peperangan dimasa-masa awal penyebaran Islam. Tapi tetap saja Perang adalah jalan terakhir yang harus ditempuh setelah beberapa upaya gagal. Nabi Muhammad saw sendiri tinggal bertahun-tahun di Negeri kafir (Makkah), namun beliau tidak memerangi kaum kafir Quraisy meski mendapat banyak sekali perlakuan buruk, justru Nabi saw mengajarkan untuk membalas perlakuan buruk dengan perlakuan baik.

Kita mengenal Perang Badar sebagai perang pertama Islam terhadap Quraisy. Itu kali pertama Islam menempuh jalan perang. Perang itu perlu ditempuh karna banyaknya umat Islam yang ditawan dan dibunuh, belum lagi harta benda yang dirampas. Jadi perang tersebut memang harus dilakukan sebagai bentuk pembelaan diri. Jika saja saat itu Nabi saw tidak memerintahkan perang maka umat Islam akan habis satu demi satu. Peperangan berikutnya pun memiliki alasan yang sama, yaitu sebagai bentuk pembelaan diri.

Sekiranya ada jalan lain untuk menghindari peperangan tentulah Islam akan menempuh jalan itu. Masih ingatkah tentang perjanjian Hudaibiyah? Untuk apa umat Islam repot-repot melaksanakan perjanjian berat sebelah itu sementara Islam dalam keadaan kuat jika bukan demi menghindari peperangan? Pada akhirnya perjanjian itu dilanggar oleh kafir Quraisy, tapi apakah lantas Nabi saw memerintahkan Islam untuk menghabisi kau kafir? Tidak. Nabi saw hanya menganjurkan kaum Makkah untuk tidak keluar rumah demi menghidari pertumpahan darah.

Lalu bagaimana dengan peperangan pada masa kekhalifahan? Itupun semua memiliki alasan. Peperangan melawan Persia, Romawi dan sebagainya dilakukan karna keinginan rakyat mereka sendiri. Rakyat Persia, Romawi dan lainnya merasakan ketidak adilan pemerintahannya yang membebankan pajak terlalu tinggi. Ketika mereka mengenal sistem Pemerintahan Islam, maka mereka mendukung upaya pembebasan Negaranya, mereka bahkan mendukung dana, tenaga serta ide pembuatan senjata baru agar Islam dapat menguasai Pemerintahan tersebut. Jadi tidak pas jika dikatakan Islam menaklukkan Negara lain secara paksa, lebih tepat dikatakan sebagai upaya pembebasan.

Islam adalah agama yang lebih mengedepankan akal sehat dan nurani diatas otot. Seperti halnya ketika Nabi saw mengirim Ja’far bin Abu Tholib kepada raja Habasyah untuk saling mengadu ideologi. Dan juga Mush’ab bin Umair yang dikirim kepada pembesar Madinah untuk berdiskusi menggunakan akal sehat. Sama sekali tidak ada paksaan kepada Islam. Sebagaimana Nabi saw membiarkan kaum Quraisy tetap dalam agamanya setelah pembebasan Makkah.

Lalu bagaimana dengan anggapan bahwa Jihad fisabilillah adalah amalan terbesar dalam Islam dan kematiannya berarti syurga? Untuk yang satu itu memang benar. Umat Islam yang meninggal dalam perang (Jihad) mendapat gelar syuhada jika dia ikhlas dengan amalnya. Namun peperangan dalam Islam itu ada etikanya, tidak seperti pengeboman yang dilakukan kaum radikal belakangan ini.

Perang dalam Islam itu memiliki banyak sekali peraturan. Misalnya saja, tidak boleh menyiksa, tidak boleh merusak bangunan, tidak boleh membunuh wanita dan anak-anak, tidak boleh membunuh orang yang mengucapkan syahadat (meski tidak diucapkan dengan ikhlas), dan masih banyak lagi, selebihnya bisa dibaca sendiri di Kitab-kitab Fiqh. Jadi, jika ada orang mengaku berjihad di jalan Allah kemudian melakukan pengeboman di tempat umum dan melukai rakyat sipil, tentulah dia melanggar hampir keseluruhan larangan perang dalam Islam. Dari merusak bangunan, membakar pohon, membunuh wanita dan anak-anak, membunuh orang yang mengucap syahadat, dan sebagainya. Dengan banyaknya pelanggaran yang dia lakukan, masih pantaskah dia mengaku sebagai Mujahid?

Pada kenyataannya memang, umat Islam mendapat banyak sekali ketidak adilan. Selagi musuh Islam men-cap Islam sebagai teroris, mereka membantai umat Islam di segala penjuru, dari Palestine, Myanmar, Iraq, Afghanistan, Syiria dan masih banyak lagi. Hal semacam itu tentulah membuat darah muda Islam meletup. Cita-cita menjadi syuhada pun mengakar kuat didalam hati. Namun memulai peperangan di Negeri yang damai sama sekali bukanlah ajaran dalam Islam. Memang, semangat berjihad seharusnya tetap tertanam kuat di dada, namun alangkah lebih bagusnya jika kita mempelajari Fiqh terlebih dahulu.

winapurwokoadi.blogspot.com

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 comments:

Post a Comment

 
biz.