Perkembangan
zaman selalu beriring dengan teknologi yang semakin maju demi memberikan
kemudahan bagi kita dalam beraktifitas. Bahkan teknologi tak hanya mengupayakan
kemudahan dalam hal yang bersifat pekerjaan tapi juga mencakup hubungan sosial.
Sekarang kita bisa dengan mudah ngobrol dengan teman dan saudara tanpa kita
harus keluar rumah, atau lebih jelasnya hubungan sosial bisa dilakukan tanpa
pertemuan langsung.
Facebook
menjadi jalan keluar bagi persoalan hubungan sosial yang sulit dilakukan karna
kesibukan. Disini, Facebook hanyalah salah satu contoh fasilitas yang
memudahkan kita untuk menjalin hubungan sosial tanpa pertemuan langsung, selain
itu masih ada friendster, BB, twitter, whatsapp dan yang lainnya. Namun apakah
itu semua bermanfaat? Ya, tentu saja. Setiap teknologi itu dibuat demi
memberikan kemanfaatan.
Hubungan
sosial yang terjalin melalui internet bisa kita sebut juga dengan hubungan
dunia maya. Kenapa dinamakan dunia maya? Tentu saja karna hubungan tersebut
dilakukan tanpa pertemuan langsung. Namun manusia adalah makhluk yang mabuk
perhatian. Manusia selalu ingin dianggap keberadaannya dan bahkan ingin
diperlakukan lebih daripada yang semestinya.
Salah satu
kebutuhan terpenting manusia adalah kebutuhan bersosialisasi, jika kebutuhan
ini tidak tercukupi maka manusia bisa gila. Aku teringat kisah seorang korban
Perang Dunia II yang dirangkum disebuah Novel, dimana setelah beberapa hari dia
bersembunyi dia hampir gila karna hidup sendiri, diapun nekad menemui tentara
Jerman yang sudah jelas-jelas ingin membunuhnya hanya karna butuh teman bicara.
Kejadian itu menggambarkan betapa pentingnya kebutuhan untuk berbincang-bincang
sampai dia mengabaikan nyawanya sendiri.
Itulah
sebabnya Facebook begitu populer dan
diminati karna seolah bisa mencukupi kebutuhan paling mendasar manusia yaitu
bersosialisasi. Namun tidak dipungkiri bahwa keberadaan Facebook juga
memberikan efek negatif yang cukup besar. Seringkali kebutuhan sosial yang
tercukupi oleh Facebook justru mengorbankan kebutuhan sosial yang lebih besar
di dunia nyata. Manusia justru lebih memilih kehidupan maya dibanding kehidupan
nyata.
Lalu
muncullah generasi manusia yang ramah di dunia maya namun acuh di dunia nyata.
Kehidupan yang dijalani menjadi tidak lebih dari sekedar bayangan, pada
akhirnya keberadaan Facebook justru menjadikan manusia lebih bersikap
anti-sosial dibandingkan sebelumnya. Hikkikomori adalah istilah yang tepat
untuk menggambarkan seseorang yang bersikap anti-sosial karna fokusnya dia dengan
dunia maya. Sebenarnya Hikkikomori adalah istilah yang dipakai untuk Otaku,
namun karna pengertiannya sama saja maka tak ada salahnya aku menggunakannya
disini.
Apa sebab manusia lebih memilih kehidupan maya dibandingkan kehidupan nyata?
Apa sebab manusia lebih memilih mengetuk-ngetuk jempolnya pada keypad Handphone
daripada berbincang ramah dengan orang disebelahnya? Tak lain dan tak bukan
adalah karna hubungan di dunia maya tampak lebih indah daripada hubungan dunia
nyata.
Di Facebook,
tiap dari kita bisa menampilkan diri kita sesempurna mungkin dengan melumeri
perkataan kita dengan bahasa langit. Setiap orang di Facebook adalah orang yang
berhati Malaikat dengan kalimat bijak yang memukau. Di Facebook kita bisa
merayu gadis idaman kapan saja tanpa perlu cuci muka dan gosok gigi karna wajah
kita akan selalu tampak dalam kondisi terbaik persis dengan pic profil yang
kita pampangkan.
Pada
dasarnya manusia selalu ingin merasa baik terhadap dirinya sendiri sebab itulah
mereka berusaha menampilkan dirinya sebaik-baiknya dan mengumpulkan semacam
poin dari orang lain sebagai pencapaian nilai dirinya, poin tersebut bisa
diterjemahkan dengan “like” status dan “comment” status. Manusia akan melakukan
apapun dan meluangkan waktu selama apapun demi mendapatkan pencapaian poin yang
besar.
Bahasa-bahasa
langit yang sebenarnya tidak dia pahami pun diketik, ungkapan-ungkapan pujangga
yang dicontek dari buku-buku sastra pun di posting. Banyak trik dilakukan
manusia hanya demi “mengemis like dan comment” . Dari do’a yang minta diaminkan
lewat comment, membual dengan foto yang akan menampilkan keunikan ketika di
comment, hingga yang paling parah adalah
mendoakan keburukan bagi yang mengabaikan statusnya.
Tentu saja,
cara terbaik menangani para “pengemis like dan comment” adalah dengan
mengabaikannya, menanggapinya justru hanya semakin membuatnya ketagihan karna
kepuasan yang dicapai oleh mereka adalah kepuasan abstrak yang tidak akan
pernah sampai pada pencapaian. Jika kita ingin mengaminkan doa yang diposting
oleh seseorang maka kita bisa mengaminkan dengan lisan dan itu lebih afdhol,
lebih bagus lagi jika kita menirukan saja doa tersebut. Jika ada yang
mengatakan bahwa sesuatu akan terjadi di foto yang diposting jika kita mengetik
angka 3 atau yang lainnya maka itu bohong, tidak akan terjadi apapun di foto
tersebut setelah kita menuruti permintaannya. Dan jika ada yang mendoakan
keburukan jika kita tidak “like” atau “comment” statusnya, maka doa keburukan
itu justru akan kembali pada pendo’anya.
Namun, jika
“pengemis like dan comment” itu tidak lain adalah kita sendiri, itu berarti
kita telah tercandu oleh Facebook dan harus segera ditangani. Seseorang yang
melakukan segala cara hanya demi mendapatkan “like” dan “comment” adalah orang
yang terganggu jiwanya. Kebanyakan orang memberikan “like” dan “comment” tidak benar-benar
karna menyukai status tersebut tapi hanya sekedar basa-basi. Aku pernah coba
membuat akun dengan nama dan pic profil seorang cewek sekedar buat iseng (sekarang
sudah ku non-aktifkan), dengan itu aku bisa mendapatkan ratusan “like” dan
“comment” hanya dengan sebuah status tak mutu seperti “hai”, “pagi semua” dan
sebagainya. Intinya, “like” dan “comment” itu tidak selalu karna status yang
kita buat tapi lebih pada motif hubungan timbal balik yang diinginkan.
Tidak
semuanya begitu sih, memang kadang ada pemberi “like” dan “comment” yang
melakukannya memang karna menyukai status yang dibuat. Aku pribadi jika memang
menyukai sebuah status maka akan memberikan tanggapan sebagai bentuk pujian.
Tidak dipungkiri bahwa “like” dan “comment” itu penting tapi jangan sampai kita
terlalu ambisius untuk mendapatkannya.
Postinglah
status-status yang bermanfaat tanpa mengharap tanggapan, itulah yang dinamakan
ikhlas. Posting status yang ikhlas akan membebaskan kita dari bentuk kecemasan
dan kegelisahan. Jika kita terpaku pada tanggapan orang maka setiap menit dan
setiap jam kita akan selalu penasaran untuk melihat seberapa banyak
“notification” yang kita dapatkan dan itu sungguh melelahkan. Padahal, semakin
sering kita membuka Facebook makin acuhlah kita terhadap kehidupan nyata yang
pada akhirnya membuat kita menjadi anti-sosial.
Aku tidak
menyarankan untuk meninggalkan Facebook karna aku sendiri menggunakannya, aku
mendapatkan banyak manfaat dari penggunaan Facebook. Hanya saja jangan
berlebihan membenamkan diri dalam dunia maya. Jadikanlah Facebook hanya sebagai
pengisi waktu senggang kita di dunia maya bukan pengganti kesibukan di dunia
nyata. Jangan sampai keberadaan Facebook membuat kita sungkan untuk sekedar
menyapa orang yang berada disamping kita, tersenyum dengan mereka yang kita
yang ada dihadapan kita, mengobrol akrab secara langsung dengan teman duduk di
Angkutan dan sebagainya.
Bagaimanapun
juga keberadaan Facebook tidak bisa menggantikan hubungan sosial nyata di dunia
kita. Ribuan like yang kita dapatkan tidak bisa menandingi keramahan tulus yang
kita peroleh dari tetangga kita. Adu argumentasi dengan bahasa langit yang kita
lakukan tidak sebanding dengan obrolan ringan dengan teman kerja kita, begitu
pula yang lainnya. Banyak hal yang tidak bisa diwakilkan oleh Facebook, tatapan
mata, desahan nafas, intonasi suara dan sebagainya hanya bisa didapatkan dari
hubungan sosial di dunia nyata. Silakan buka Facebook-mu tapi berikanlah keramahanmu
juga terhadap orang-orang disekitarmu.
yaelah, masa cuma like+ komen lsg masuk surga :v
ReplyDeletehaha... iya tuh. sekarang dah banyak bertebaran status lebay di wall FB
Delete